TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang dikelola oleh PT Pelindo II (Persero), sebagai pelabuhan konsolidasi (hub transshipment) peti kemas internasional. Nantinya semua peti kemas untuk tujuan internasional bakal berangkat dan datang dari Tanjung Priok.
Menurut Direktur Utama Pelindo II, Elvyn Masassya, dengan konsolidasi kargo internasional di Tanjung Priok, biaya logistik bakal lebih murah. Dia memperkirakan muncul penghematan Rp 1,5 juta per peti kemas.
Baca : Menko Luhut Kumpulkan Bos-bos Pelindo
“Barang dari Palembang, kalau mau ke Seoul (Korea Selatan), pasti melalui Singapura untuk hub transshipment. Ada tambahan handling cost di Singapura. Tanjung Priok akan menggantikan Singapura sebagai transshipment port (pelabuhan alih muat),” kata Elvyn di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa, 24 Januari 2017.
Elvyn mengatakan pemerintah akan meminta perusahaan pelayaran yang melayani rute internasional mengubah rute mereka. Perubahan itu diperlukan agar tujuan Tanjung Priok menjadi transshipment port bisa terlaksana. Tapi perubahan rute itu tidak akan dilakukan untuk pelayaran internasional langsung ke negara tujuan (direct call), terutama yang lebih efisien tanpa singgah ke Jakarta.
“Misalnya, kalau sudah direct call dari Pelabuhan Bitung (Sulawesi Utara) ke Manila (Filipina), kenapa mesti ke Jakarta dulu?” kata Elvyn.
Baca : Pasokan Merosot, Pertamina Mendadak Impor Solar
Penetapan Tanjung Priok sebagai pelabuhan konsolidasi peti kemas internasional dituangkan dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) terbaru yang diteken Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada 30 Desember 2016. Peran Tanjung Priok sebagai hub internasional akan ditopang oleh Pelabuhan Internasional Patimban yang akan dibangun di Subang, Jawa Barat. Skenario itu diyakini bakal meningkatkan market share angkutan laut 6,42 persen atau sekitar 0,30 persen dari saat ini.
KHAIRUL ANAM