TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mendadak mengimpor 1,2 juta barel bahan bakar minyak jenis solar. Penyebabnya, antara lain padamnya sejumlah kilang milik perusahaan minyak dan gas negara itu sepanjang dua bulan terakhir.
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang menyatakan impor diputuskan mendadak karena stok merosot hingga di bawah 20 hari, dari normalnya 23 hari. Menurut dia, stok turun akibat melonjaknya permintaan dari industri pertambangan lantaran harga batu bara melonjak pada akhir tahun lalu.
Baca: Konsorsium Adaro Raih Financial Close PLTU Batu Bara Kalsel
"Tiga bulan terakhir estimasi terlalu rendah. Ternyata pemasarannya naik 2 juta barel lebih," ujar Bambang, yang membawahi direktur pengolahan dan direktur pemasaran perusahaan itu, di Jakarta, 24 Januari 2017.
Stok semakin tak menentu setelah Kilang Balikpapan mendadak padam pada 2 Desember. Operasi kilang yang menghasilkan 43 juta ton solar pada tahun lalu itu kembali terganggu pada 11 Desember lalu. Kilang bahkan berhenti memproduksi solar selama lebih dari 24 jam mulai 15 Januari 2017.
Kementerian Energi menyetujui proposal impor Pertamina. Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Setyorini Tri Hutami mengatakan izin juga diberikan untuk impor bensin. “Rekomendasi impor disetujui untuk enam bulan ke depan,” tuturnya.
Baca: Agar Listrik Aman 2019, PLN Tambah Pembangkit 75.900 MW
Sejumlah sumber dari kalangan pengolahan dan pemasaran minyak menganggap janggal keputusan impor solar. Biasanya impor diputuskan tiga bulan sebelumnya. Kali ini, impor solar untuk Januari baru diputuskan pada rapat optimasi hilir, Desember lalu. Keputusan ini bertentangan dengan hasil rapat pada Oktober 2016, yang antara lain tidak mengimpor solar.
Perencanaan tiga bulanan terlihat pada impor jenis lain, yaitu Premium dan Pertamax.
ROBBY IRFANY | RETNO SULISTYOWATI | ALI NUR YASIN