TEMPO.CO, Jakarta - Kemenangan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 pada November lalu membawa pasar keuangan menuju ketidakpastian baru. Selanjutnya, pasar modal AS dan Dolar AS melonjak atas ekspektasi stimulus fiskal dan kenaikan suku bunga AS yang dapat menjadi penghambat kemajuan Asia dan pasar negara berkembang lainnya.
Baca : Ini Daftar Lengkap Perusahaan Donald Trump di Indonesia
Namun di tengah ketidakpastian itu justru proteksi serta pembangunan agresif yang akan diterapkan Trump bisa memberi peluang tersendiri bagi Indonesia.
Menurut Investment Director Indonesia PT Aberdeen Asset Management Bharat Joshi, dalam mendorong pembangunan di AS, akan diperlukan pasokan komoditas, salah satunya besi. Dengan begitu, permintaan komoditas diperkirakan akan meningkat.
Baca : Dampak Trump, Pemerintah Diminta Waspadai Pelarian Dana
Permintaan yang meningkat akan mendorong kenaikan harga komoditas itu. "Diharapkan dengan kebijakan dari Amerika ini justru akan membawa peningkatan, karena untuk membangun manufaktur mereka juga butuh komoditas seperti copal, bijih besi, dan lain-lain," ucap Bharat Joshi di kantor Aberdeen Asset Management, Selasa, 24 Januari 2017.
Baca : Dolar AS Ambruk Akibat Kebijakan Proteksionis Donald Trump
Bharat berharap, dengan kenaikan harga komoditas akan memberikan kontribusi terhadap pada pertumbuhan ekonomi nasional (produk domestik bruto), tak hanya di Jawa, namun juga di luar Jawa. "Komoditas yang meningkat, mendorong level pendapatan bukan Jakarta atau Jawa tapi Sumatera, Kalimantan," kata dia.
Di sisi lain, jika pertumbuhan ekonomi meningkat, hal tersebut diharapkan jiga dapat mendorong daya beli masyarakat, serta meningkatkan investasi. Karena pada saat harga komoditas menurun, banyak perusahaan yang menahan investasinya. "Mereka akan beli mobil, motor, mendorong perusahaan Indonesia untuk memulai investasi," ucapnya.
Tak hanya itu, langkah pemerintah untuk mendorong infrastruktur juga akan mendorong perekonomian. Pemerintah sendiri telah mengalokasikan anggaran dari subsidi ke pembangunan infrastruktur. "Masa Jokowi dilantik Presiden sangat beruntung, harga minyak mentah turun di 2014 dan keluarkan subsidi, dan kepada infrastruktur. Dari peningkatan stabil dari segi GDP," ujar dia.
Meski demikian Bharat tak ingin menyebut angka pasti terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini, karena masa pemerintahan Amerika kedepannya diperkirakan akan banyak muncul ketidakpastian untuk negara-negara berkembang.
"Sekarang saya melihat, banyak investor asing dan di domestik Indonesia tidak tahu Trump policy yang akan dilakukan. Kita harus sabar, kita harus lihat. Karena sekarang ini mengambang," kata dia.
DESTRIANITA