TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak kelapa sawit atau CPO diperkirakan mencapai puncaknya pada Februari 2017 di level 3.400 ringgit per ton. Naiknya harga seiring dengan kondisi cuaca sehingga pasokan terbatas.
Pada penutupan perdagangan Bursa Malaysia, Selasa, 17 Januari 2017, harga CPO kontrak April 2017 naik 49 poin atau 1,58 persen menjadi 3.159 ringgit (US$ 708,53) per ton. Ini menunjukkan pertumbuhan 3,24 persen sepanjang tahun berjalan. Tahun lalu, harga bertumbuh 25 persen.
Baca: Indonesia-India Jajaki Diversifikasi Kerja Sama Perdagangan
Ling Ah Hong, Direktur Ganling Sdn Bhd., mengatakan efek el nino yang berlangsung sejak tahun lalu masih akan terasa di Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini tercatat sebagai produsen CPO terbesar di dunia yang menguasai 85,4 persen pangsa pasar global. Efek el nino diperkirakan berlangsung hingga paruh pertama 2017.
Ganling adalah perusahaan konsultan perkebunan yang berbasis di Malaysia. Adapun Ling sudah memiliki pengalaman 40 tahun di dalam industri perkebunan.
Baca: Biodiesel Topang Harga CPO Pada 2017
Menurut Ling, tingkat produksi CPO akan menurun tajam pada kuartal pertama di Malaysia, serta antara kuartal kedua dan ketiga di Indonesia. "Mengetatnya pasokan dan terbatasnya persediaan menopang penguatan harga setidaknya pada kuartal pertama," ujarnya.
Dia memperkirakan harga CPO bisa mencapai 3.400 ringgit per ton pada bulan depan, dan rerata harga di kuartal I/2017 senilai 3.200 ringgit per ton. Selain pasokan, penguatan harga pada triwulan pertama juga didukung kenaikan permintaan ekspor.
BISNIS.COM