TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Semen Indonesia mengatakan pemerintah tak perlu membuat program khusus untuk menyeragamkan harga semen di seluruh Indonesia. Sebab, menurut Ketua Asosiasi Widodo Santoso, harga semen di mana-mana sudah sama. “Paling bedanya Rp 10-20 ribu. Masih wajar,” katanya kepada Tempo, Senin, 16 Januari 2017.
Santoso mengatakan harga semen yang mahal hanya terjadi di Puncak Jaya, Wamena, Papua, karena semen diangkut menggunakan pesawat terbang.
“Menjadi mahal karena ongkos angkutnya dihitung Rp 20 ribu per kilogram, sehingga harga per sak (kantong ukuran 50 kilogram) bisa Rp 800 ribu,” ujarnya.
Baca juga: Jokowi Satukan Harga Semen, Ini Tanggapan Semen Indonesia
Distribusi semen memakai angkutan udara ke Wamena, Santoso menambahkan, terpaksa dilakukan karena tak ada pilihan lain. “Itu satu-satunya moda transportasi di sana. Lewat jalur darat tidak mungkin.”
Menurut Santoso, jika ingin menurunkan harga semen di Puncak Jaya, pemerintah harus menyediakan sarana angkutan yang murah atau memberikan subsidi khusus.
Rencana penyeragaman harga semen nasional diungkapkan Presiden Joko Widodo pada Ahad lalu. Presiden berjanji mengupayakan penurunan harga semen di Papua yang mencapai Rp 800 ribu hingga Rp 2,5 juta per sak.
Simak juga: Harga Semen Disatukan, Indocement: Biaya Logistik Besar
Jokowi mencontohkan keberhasilan program bahan bakar minyak satu harga yang tercapai tiga bulan lalu. "Inilah yang dikatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang belum dan dalam proses kita lakukan adalah semen,” katanya.
PRAGA UTAMA