TEMPO.CO, Jakarta - Harga cabai rawit merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Magelang, Jawa Tengah, secara berangsur-angsur selama sepekan terakhir, turun dari semula sekitar Rp100.000 per kilogram saat ini Rp 80.000. "Turunnya sudah Rp20.000 per kilogram," kata seorang pedagang cabai di Pasar Rejowinangun Kota Magelang Umayah di Magelang, Rabu, 11 Januari 2017.
Ia mengaku pendapatannya menurun seiring dengan turunnya harga cabai tersebut. Pada minggu terakhir Desember 2016, dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 22.000 per kilogram. Saat itu, harga cabai relatif tinggi. Pembeli pun mengurangi jumlah pembelian cabai seiring dengan masih mahalnya harga komoditas tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang Joko Budiyono mengatakan petugas terus melakukan pemantauan secara khusus terhadap perkembangan harga cabai, terutama di Pasar Rejowinangun dan Pasar Kebon Polo.
Harga cabai rawit merah di Pasar Rejowinangun saat ini sekitar Rp 80.000 per kilogram, sedangkan di Pasar Kebon Polo sekitar Rp 90.000 per kilogram. "Belum kami ketahui penyebab perbedaan harga di dua pasar itu," katanya.
Harga cabai rawit hijau di Pasar Rejowinangun Rp50.000 per kilogram, cabai merah besar Rp40.000, cabai keriting besar Rp45.000, sedangkan harga cabai rawit hijau di Pasar Kebon Polo Rp55.000, cabai merah besar Rp45.000, dan cabai keriting besar Rp50.000.
Ia mengemukakan cuaca tidak menentu di daerah setempat menjadi salah satu penyebab harga cabai sempat mengalami peningkatan cukup signifikan.
Berbagai pasar tradisional di kota setempat, biasanya mendapat pasokan komoditas sayuran, termasuk cabai, dari sejumlah tempat di Kabupaten Magelang, seperti Kecamatan Muntilan dan Kaliangkrik.
Ia mengatakan para agen cabai di Kabupaten Magelang biasanya lebih mengutamakan pasokan komoditas itu ke Jakarta dan Batam karena harga jualnya lebih tinggi dibandingkan Kota Magelang.
Tak hanya di Magelang, harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, mulai mengalami penurunan seiring gencarnya operasi pasar yang dilakukan pemerintah daerah dan pihak swasta setempat.
"Harga sudah mulai turun. Sebelumnya sempat menembus harga Rp100 ribu lebih, tapi kini dikisaran Rp80 ribu," kata Luh Mirna, salah satu pedagang di Pasar Anyar, Kota Singaraja.
Mirna menambahkan, kenaikan harga cabai menyebabkan dia kehilangan pelanggan. "Langganan terus terang saja turun. Cabai mahal menyebabkan para pembeli berpikir membeli. Kalau beli pun paling hanya jumlah sedikit," katanya.
Pedagang lain, Made Swabawa, menjelaskan kenaikan harga cabai memberi dampak signifikan kepada para pedagang sayur mayur di daerah itu karena stok dari pengepul menurun.
"Kami berpikir juga kalau mau ambil. Jadi, keputusannya membeli sedikit saja. Takut nanti kalau beli banyak menyebabkan cabai busuk. Harganya pun turun drastis," kata dia.
ANTARA