TEMPO.CO, Prancis - Produsen pesawat nirawak atau drone Parrot membuat pengumuman mengejutkan. Setelah melewati masa libur akhir tahun, Parrot mengumumkan akan merumahkan 290 orang pekerja.
Pengumuman yang disampaikan pada Senin 9 Januari 2017 menyatakan bahwa lebih dari satu pertiga pekerja di proyek dronenya akan diberhentikan. Keputusan ini diambil perusahaan setelah kuartal empat 2016, perusahaan kehilangan target penjualan sebesar 15 persen, seperti dilansir melalui Engadget.com, Selasa, 10 Januari 2017.
Parrot mengklaim rendahnya pendapatan ini terjadi pada bisnis produk drone untuk konsumen dan membuat perusahaan harus memutuskan hubungan kerja atau PHK karyawan. Bisnis produk drone untuk konsumen ini dinilai tidak akan menghasilkan pertumbuhan keuntungan dijangka waktu menengah ataupun panjang.
Parrot berencana memutuskan untuk membuat lompatan dengan memfokuskan produk di tingkat prosumer seperti Bebop 2 atau Disco di masa depan.
Parrot dinilai tidak berpihak pada salah satu jenis produk, antara membuat mainan eksekutif atau gawai high-end. Sedangkan segmen produk konsumen high-end sudah sangat didominasi oleh perusaahaan Cina DJI.
DJI mendominasi pasar berkat pemotongan harga dan memotong margin keuntungannya. Harga DJI yang lebih terjangkau ini disebut menjadi penyebab menangnya DJI di gawai drone kategori konsumen.
ENGADGET | RECODE | MAYA NAWANGWULAN