TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya sentimen positif yang dibarengi dengan posisi Indeks Saham Gabungan (IHSG) yang telah mengalami kenaikan dalam beberapa hari sebelumnya, membuat laju IHSG menjadi lebih rawan untuk aksi ambil untung atau profit taking.
Menurut senior analis dari Binaartha Securities, Reza Priyambada, kondisi tersebut membuat IHSG di awal pekan ini mengalami pelemahan. “Mulai meningkatnya laju dolar AS dan berimbas pada pelemahan tipis rupiah,” kata Reza dalam pesan tertulisnya, Selasa, 10 Januari 2017.
Selain itu, kata Reza, turunnya harga komoditas minyak mentah dunia, seiring langkah Iran yang meningkatkan ekspor dan penambahan produksi perusahaan migas AS, memberikan imbas negatif pada sejumlah saham pertambangan global.
“Meski tidak langsung ditanggapi negatif, namun saham-saham pertambangan dalam negeri turut mempengaruhi laju IHSG secara keseluruhan,” ujar Reza. Dengan adanya berbagai sentimen tersebut, Reza memperkirakan pada perdagangan hari ini IHSG akan melanjutkan pelemahannya.
“Kami berharap pergerakan IHSG tidak akan terlalu dalam, karena investor juga memilih untuk melakukan aksi ambil untuk mengantisipasi berbagai sentimen,” ujar Reza.
Walaupun masih terdapat gap pada kisaran 5.112-5.139, namun dalam jangka pendek, IHSG akan bertahan untuk tidak terkoreksi terlalu dalam. “Karena itu tetap waspasai berbagai sentimen yang ada,” ucap Reza.
Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 30,65 poin atau 0,57 persen ke level 5.316,36. Indeks sebelumnya sempat dibuka menguat tipis 3,86 poin atau 0,07 persen ke level 5.350,88.
Perdagangan kemarin melibatkan transaksi 14,28 miliar lembar saham, yang diperdagangkan sebanyak 275.744 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,24 triliun. Meski mengalami koreksi, namun asing kembali mencatatkan aksi beli atau nett buy yakni Rp 30,95 triliun.
Dari 10 indeks sektoral yang terdaftar di Bursa Efek, hanya tiga sektor yang menguat, yakni agrikultur 1,7 persen. Sektor infrastruktur dan pertambangan kompak menguat tipis 0,1 persen. Adapun tujuh sektor lainnya melemah, dengan paling banyak tertekan sektor keuangan -1,1 persen, disusul sektor industri dasar -0,9 persen.
Analis ekonomi dari Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, menuturkan, koreksi kemarin terjadi karena pelaku pasar melakukan aksi profit taking untuk mengamankan investasinya.
Selain itu pasar juga tengah menanti pidato awal dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 11 Januari sebelum dilantik pada 20 Januari mendatang. Alasannya, pidato Trump akan menentukan arah investasi pelaku pasar. Di sisi lain, menurut Hans, di zona pasar Global Eropa terjadi perlambatan, sehingga kurang memberi katalis positif bagi pasar.
Hans memperkirakan, pada perdagangan hari ini indeks masih akan mengalami koreksi, dengan kisaran support 5.302-5.246 dan resisten 5.360-5.400. “Saya pikir masih ada koreksi dulu dalam beberapa hari ke depan, tapi memang tidak terlalu besar,” ucap Hans.
DESTRIANITA
Baca juga:
Pengacara Ahok: Kami Akan Hancurkan Kredibilitas Saksi
Soal Fatwa MUI Penistaan Agama Ahok, Ini Komentar Gus Nuril