TEMPO.CO, Jakarta - Laju Rupiah diperkirakan berpeluang untuk melanjutkan pelemahannya, terutama dengan adanya imbas pelemahan sejumlah harga komoditas.
Menurut senior analis dari Binaartha Securities, Reza Priyambada, meski pelemahan terjadi, pelemahan bersifat terbatas, dengan dibantu sentimen positif kenaikan cadangan devisa (cadev).
"Faktor kenaikan nilai cadangan devisa dapat menahan sentimen-sentimen negatif tersebut. Diperkirakan Rupiah akan bergerak dengan kisaran pada kisaran support 13.400 dan resisten 13.280," ujar Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Selasa, 10 Januari 2017.
Pada penutupan perdagangan kemarin, berdasarkan kurs jisdor BI, Rupiah ditutup melemah 38 poin atau 0,28 persen ke 13.385, dari penutupan pada 6 Januari di 13.347. Menurut Reza, laju Rupiah terlihat sedikit tertekan seiring dengan penguatan laju dolar AS karena imbas dari pelemahan harga minyak mentah dunia.
Di sisi lain, meski rilis data ekonomi payrolls AS bertumbuh di bawah estimasi namun, pelaku pasar masih merespon positif adanya kenaikan data tersebut. Di sisi lain, pelaku pasar pun memanfaatkan kondisi tersebut untuk profit taking pada rupiah. Ditambah lagi, pergerakan mata uang poundsterling juga melemah seiring pernyataan Perdana Menterinya terkait Brexit.
Sementara itu, rilis dari BI yang mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar US$ 116,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar US$ 111,5 miliar belum cukup kuat mengangkat laju Rupiah bertahan di zona hijau. "Namun demikian, paling tidak dapat menahan pelemahan Rupiah lebih dalam," ucap Reza.
DESTRIANITA