TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perpajakan Internasional Kementerian Keuangan John Hutagaol mengatakan Direktorat Jenderal Pajak tetap akan berfokus pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada periode III program pengampunan pajak (tax amnesty). Pada periode II lalu, peserta program tax amnesty didominasi UMKM.
"UMKM ini masih menarik karena jumlahnya di Indonesia lebih dari 52 juta. Yang ikut kan belum sebesar itu. Jadi program tax amnesty periode III ini benar-benar masih menjanjikan, masih optimistis," kata John dalam Tax Corner Ikatan Akuntan Indonesia di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Senin, 9 Januari 2017.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, dari 118.957 wajib pajak yang mengikuti tax amnesty pada periode II, 61.940 wajib pajak merupakan orang pribadi UMKM dan 18.040 wajib pajak adalah badan UMKM. Adapun orang pribadi non-UMKM hanya 25.649 wajib pajak dan badan non-UMKM 13.328 wajib pajak.
Namun, ucap John, Ditjen Pajak tidak menutup kemungkinan adanya wajib pajak besar yang mengikuti tax amnesty pada periode III. "Artinya, selama periode III ada, masih ada kesempatan bagi siapa pun. Walaupun dia sudah ikut periode I, masih ada kesempatan untuk melakukan di periode III bagi yang kelewatan," ujarnya.
John enggan memprediksi hasil yang akan didapatkan pemerintah dalam periode III tax amnesty. Yang penting, menurut John, Ditjen Pajak akan terus mensosialisasi program tersebut agar masyarakat memanfaatkan tax amnesty. "(Tarif) di periode III masih jauh lebih menarik dibanding yang di luar negeri," tutur John.
Selain itu, menurut John, target utama pemerintah dalam program itu adalah memperbaiki basis pajak. Saat ini, wajib pajak yang mengikuti tax amnesty baru mencapai 600 ribu. "Sebenarnya sudah prestasi. Cuma, kalau dibandingkan dengan yang seharusnya, masih banyak yang belum," katanya.
Dengan keberhasilan periode I dan II program tax amnesty, ujar John, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah meningkat. Hal tersebut, menurut dia, akan membuat masyarakat yakin mengikuti tax amnesty. "Itu yang kami harapkan. Tapi angka itu nomor dua. Yang penting kerja keras, kerja dan kerja kalau kata Presiden," ujarnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI