TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia berharap pemeritah dapat menentukan harga susu sapi segar dalam negeri yang layak untuk para peternak.
Wakil Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Heru S. Prabowo mengatakan kebutuhan susu nasional masih tergantung oleh impor susu bubuk sebesar 82 persen.
Baca Juga:
"Rendahnya harga susu sapi segar dalam negeri (SSDN) di tingkat peternak menjadi penyebab utama keengganan peternak untuk memelihara sapi perah," kata Heru dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Ahad 8 Januari 2017.
Heru menilai harga susu sapi perah belum mampu menutupi biaya operasional untuk pemeliharaan terutama pakan sapi perah. Harga susu sapi perah ini berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per liter.
Menurut Heru, harga dasar yang setidaknya dibutuhkan oleh peternak sapi perah adalah Rp 6.000 per liter. "Dengan harga tersebut peternak diperkirakan bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1,9 juta per bulan," ucapnya.
Operation Manager Milk Sourcing Unit PT Greenfield Indonesia Irwansah mengatakan saat ini satu ekor sapi di greenfields mampu memproduksi sekitar 31 liter susu per hari.
Beroperasi sejak tahun 1997, peternakan Greenfields yang memiliki populasi sapi sebanyak 8.000 ekor ini merupakan peternakan sapi perah terbesar di Indonesia. "Jumlah produksi tersebut bisa dicapai karena sapi di peternakan Greenfields dibuat senyaman mungkin mulai dari kebersihan kandang, supply pakan yang terus menerus, serta batas maksimal satu jam per hari interaksi antara sapi dengan manusia hanya selama memerah," tutur Irwansah
Irwansah menilai jumlah produksi tersebut terhitung cukup tinggi dibandingkan produksi susu sapi oleh peternak yang hanya di kisaran 15-20 liter per hari per sapi. Angka produksi tersebut merupakan rerata jumlah produksi peternak sapi binaan Greenfields.
Dengan jumlah total binaan sebanyak 165 peternak dengan populasi 1.100 ekor yang terdiri 700 sapi produksi dan sisanya pedet serta sapi yang tidak berproduksi mampu menghasilkan 7.000 liter susu per hari. "Mengambil bibit sapi Holstein dari Australia dan dikembangkan secara lokal, Greenfields mampu meproduksi susu sebesar 42 juta ton susu setiap tahunnya," ujar Irwansah
Sejalan dengan concern pemerintah, kata Irwansah, Greenfields juga memiliki program kemitraan kepada petani. Greenfields mendampingi petani selama masa pemeliharaan, bantuan pembuntingan sapi, hingga proses penjualan susu sapi. "Kami membantu menjualkan susu sapi mereka dengan langsung membeli dari petani tanpa melalui koperasi sehingga memotong rantai pembelian."
Irwansah menambahkan Greenfields juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan menjalankan kemitraan pengadaan pakan sapi dengan rumput odot dan tebon jagung untuk petani di sekitar lokasi usaha. "Setiap bulan petani rumput odot dapat memperoleh penghasilan sekitar 8 juta dengan produksi sekitar 40 ton rumput di lahan 1 hektare," katanya.