TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla meminta investor pasar modal tidak terlalu khawatir terhadap efek Presiden Donald Trump yang diperkirakan akan menjadi sentimen bagi pasar. “Saya bicara dengan Obama, ‘Dua bulan lagi apa yang terjadi ketika Anda pergi?’ Kata Obama, ‘Ada perubahan, tapi enggak banyak’,” kata Wakil Presiden saat memberikan sambutan di Bursa Efek Indonesia, Selasa, 3 Januari 2017.
Menurut Obama, ujar Kalla, Trump tidak banyak menjalankan janjinya saat kampanye. “(Menjalankan janjinya) di bawah 50 persen, itu artinya kampanye dan pelaksanaannya beda,” ujarnya. Sehingga, “Kita tidak perlu khawatir atas apa yang dikatakan Trump.”
Wakil Presiden mengakui pasar sempat terguncang saat Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat dalam pemilu 8 November 2016. Untuk melihat seberapa jauh efek Trump mempengaruhi pasar, Kalla berbicara dengan Presiden Amerika Barrack Obama dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Kalla bersyukur atas pencapaian Presiden Joko Widodo. Bloomberg mencatat Jokowi sebagai presiden terbaik karena dua faktor penting, yakni kurs rupiah dan kebijakan fiskal. Pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto juga terjaga di kisaran 5 persen.
Ia mengatakan kini saatnya kebijakan di pasar modal dibongkar ulang. “Yang paling penting Pasar Senen, Pasar Kliwon, Pasar Tanah Abang sinkron dengan Bursa,” tutur Kalla sambil tertawa.
Wakil Presiden mengatakan bonus demografi berupa pertumbuhan penduduk yang bertambah setiap tahun serta sumber daya yang lebih baik, jika dikelola dengan aman dan berkeadilan, akan memberikan harapan. Syaratnya, harus disertai kerja keras untuk mendorong pertumbuhan indeks.
“Membangun bangsa harus punya modal kuat,” ucapnya. Kalla menilai BEI sebagai lembaga yang bisa memberi modal jangka panjang supaya ekonomi lebih baik lagi.
DESTRIANITA