TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan jumlah Industri Kecil Menengah 4,7 persen pada 2017.
"Tahun depan, kami akan meningkatkan jumlah IKM mencapai 182.000 unit atau naik 4,7 persen dari tahun 2016 dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 400.000 orang,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto dalam siaran persnya, Jumat, 30 Desember 2016.
Kementerian menargetkan pertummbuhan wirausaha baru pada 2017 sebanyak 5 ribu unit dan pengembangan sentra IKM melalui revitalisasi kepada 1.200 sentra IKM. Kementerian juga akan melakukan bimbingan dan fasilitasi penerapan standarisasi dan sertifikasi, pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual serta perbaikan desain kemasan dan merek kepada 1.001 IKM.
Airlangga mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan daya saing IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM. Ini dilakukan dengan skema pembiayaan investasi pembelian mesin dan peralatan kepada 150 IKM, serta fasilitasi perluasan pasar melalui promosi dan pemasaran produk bagi 160 IKM.
Negara tujuan promosi dan pemasaran antara lain, Australia, Jepang, Dubai World Trade Centre, Moskow, Frankfurt, Hong Kong, Singapura, dan Hanover.
Agar lebih fokus menyasar pasar, Kementerian juga akan fokus mengembangkan sembilan komoditas unggulan prioritas, yakni olahan hasil laut, kopi, furnitur, tenun, minyak atsiri, perhiasan, peralatan pertanian non mekanik dan teknologi tepat guna, komponen alat angkut, serta produk elektronik dan telematika. Pengembangan itu termasuk promosi dan pemasaran melalui e-commerce.
Direktur Jenderal IKM, Gati Wibawaningsih, mengatakan pemerintah akan fokus untuk pembenahan database IKM di Indonesia pada tahun depan. Data ini menjadi dasar dalam menjalankan program-program pengembangan IKM nasional yang dijalankan oleh Kemenperin.
"Salah satunya adalah untuk pelaksanaan program e-Smart IKM, yang akan dimulai pada 2017,” kata Gati.
Gati menjelaskan, program e-Smart IKM bertujuan untuk mengoptimalkan potensi IKM agar menjadi showcase produk sendiri dan bukan menjadi reseller produk negara lain. Ditargetkan, pada 2018, pasar produk IKM dan pasar kebutuhan IKM telah terintegrasi dalam program tersebut.
"e-smart IKM menjadikan virtual sentra IKM, mediator IKM dengan e-commerce serta menjadikan branding IKM yang diintegrasikan dengan marketplace dan e-commerce yang telah ada dan beroperasi di tanah air," ujar dia.
Gati menambahkan sektor IKM yang bergerak di bidang pengolahan makanan akan diprioritaskan untuk mengikuti bimbingan teknis agar mampu menembus pasar online pada tahun depan. Pembinaan yang akan dilakukan terhadap IKM meliputi branding dan desain kemasan agar lebih menarik dan bernilai tambah.
Oleh karena itu,Gati melanjutkan pelaku IKM nasional perlu mengoptimalkan peran klinik kemasan yang dimiliki oleh Kemenperin, di mana mereka dapat berkonsultasi dalam pembuatan kemasan untuk produk-produknya. "Sehingga, para IKM kita bisa menembus pasar e-commerce," kata dia.
AMIRULLAH