TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha bus memperkirakan kerugian hingga lebih dari Rp 10 miliar akibat perbaikan Jembatan Cisomang di ruas Jalan Tol Purbaleunyi, Purwakarta, Jawa Barat, selama tiga bulan. Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan kerugian tersebut berasal dari biaya bahan bakar karena bus menempuh jalur yang lebih panjang.
Kurnia menyebutkan perbaikan Jembatan Cisomang memaksa para pengemudi bus harus memutari Jembatan Cisomang. "Dampaknya, jam tempuh jadi lebih panjang karena medan terjal dari jalan biasanya," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa, 27 Desember 2016.
Adnan memperkirakan tambahan waktu perjalanan menggunakan jalur alternatif mencapai dua jam. Namun, jika kemacetan terjadi karena truk-truk berjalan lambat, kemacetan menjadi tiga jam lamanya.
Bertambahnya waktu perjalanan membuat bus menghabiskan bahan bakar lebih banyak. "Kira-kira biaya operasional naik 5-10 persen," tuturnya. Meski biaya operasional membengkak, pengusaha tidak menaikkan harga tiket bus.
Menurut Adnan, pengusaha bus menanggung keuntungan yang turun karena ketetapan harga tiket telah diputuskan. Harga sewa kendaraan wisata juga tidak berubah karena telah dipesan jauh-jauh hari untuk liburan bulan Desember dan Januari 2017.
Selain konsumsi bahan bakar meningkat, kata dia, kerugian berasal dari turunnya jumlah perjalanan karena kemacetan dan panjangnya rute tempuh. "Yang biasanya dua kali pulang-pergi, menjadi sekali," ujarnya. "Pengusaha merugi kan biasa."
Adnan menuturkan pengusaha menyiasati jadwal pemberangkatan menjadi lebih pagi dari biasanya dan mengawasi jam-jam puncak kemacetan di daerah Padalarang. Dengan mempertimbangkan titik waktu macet, dia berharap waktu operasi perjalanan bus sama seperti hari biasa. "Kita lihat celah-celah jam macet dan kami berangkat lebih awal," ucapnya.
Selain angkutan bus, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Logistik dan Rantai Pasokan Rico Rustombi mengatakan kendaraan logistik menembus jalur alternatif. Dia memprediksi kenaikan kebutuhan bahan bakar solar pada kendaraan angkutan logistik mencapai 8-12 persen.
Rico khawatir kenaikan biaya distribusi ikut mengerek harga barang yang sebagian besar berupa produk komoditas. "Kalau harga barang nanti naik, itu pasti," tuturnya.
ALI HIDAYAT | DIKO OKTARA