TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis akhir tahun ini dapat menyalurkan kredit korporasi hingga di atas Rp 220 triliun. Adapun sektor yang memegang porsi kredit korporasi terbesar adalah sektor infrastruktur.
"Pada akhir tahun ini, kita bisa tutup di atas Rp 220 triliun. Itu tumbuh 14 persen (yoy) dari tahun lalu," ujar SEVP Corporate Banking Bank Mandiri Alexandra Askandar di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa, 27 Desember 2016.
Alexandra mengatakan, khusus kredit sektor infrastruktur, hingga Oktober 2016, komitmen pembiayaan Bank Mandiri pada sektor infrastruktur mencapai Rp 96,9 triliun. Angka itu meningkat 53 persen secara year on year.
Dari total nilai itu, komitmen pembiayaan terbesar diberikan pada proyek-proyek di sektor transportasi yang mencapai Rp 37,1 triliun dan proyek pembangkit tenaga listrik sebesar Rp 32,1 triliun. "Pertumbuhan sektor infrastruktur sangat signifikan dari tahun lalu, hampir 50 persen," ucap Alexandra.
Adapun pada 2017 mendatang, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit korporasi setidaknya juga bisa melampaui posisi tahun ini. "Kami maunya tumbuh dobel digit dan kami sudah ada beberapa rencana kredit lagi tahun depan," kata Alexandra.
Dia menyebutkan, tahun depan, perseroan akan kembali menggenjot kredit infrastruktur. "Tahun depan, kan, memang ada banyak rencana pembangunan infrastruktur, di antaranya pembangkit listrik 35 ribu megawatt dan jalan tol."
Bank badan usaha milik negara lainnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, membukukan penyaluran kredit korporasi dan BUMN hingga triwulan III 2016 sebesar Rp 179 triliun atau naik 19,5 persen. Di sektor infrastruktur, BNI menyalurkan kredit sebesar Rp 77,86 triliun. Rinciannya, untuk sektor pembangkit listrik maupun jalan tol dan konstruksi masing-masing 27 persen, transportasi 19 persen, minyak dan gas 14 persen, serta telekomunikasi 13 persen.
Akhir November lalu, BNI dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) menandatangani perjanjian kredit sindikasi untuk pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang senilai Rp 4,7 triliun. Selain BNI, perusahaan lain yang tergabung dalam sindikasi adalah PT Sarana Multi Infrastruktur, Bank ICBC, Bank Panin, Bank Artha Graha, dan lainnya. “BNI bertindak sebagai mandated lead arrangers dan book-runner,” ujar Sekretaris Perusahaan BNI Ryan Kiryanto.
GHOIDA RAHMAH | DIKO OKTARA