TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak turun 61 poin menjadi 13.491 dibanding sebelumnya, di posisi 13.430 per dolar Amerika Serikat (AS). “Dolar AS mempertahankan penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, di tengah pasar yang sedang bersiap menyambut libur akhir tahun,” kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Selasa, 26 Desember 2016.
Baca: Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Rebound 0,13 Persen
Dalam waktu dekat ini, menurut Aritson, pelaku pasar uang juga akan berfokus pada data kepercayaan konsumen AS yang dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap pergerakan dolar Amerika Serikat. Ia menyatakan sentimen mengenai kebijakan peningkatan suku bunga AS oleh bank sentralnya (The Fed) pada 2017 juga masih mempengaruhi laju mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.
Baca: Menjelang Libur Natal dan Tahun Baru, Rupiah Diprediksi Stabil
Adapun pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova, mengharapkan penguatan harga minyak, menyusul anggota Organisasi Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC yang mulai bersiap membatasi produksi dapat menahan tekanan rupiah. “Harga komoditas minyak yang masih dalam tren penguatan diharapkan menjaga mata uang rupiah agar tidak melanjutkan tekanan,” katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa sore ini terpantau menguat 0,36 persen menjadi US$ 53,21 per barel, sedangkan minyak mentah jenis Brent Crude naik 0,05 persen ke posisi US$ 55,19 per barel.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi 13.436 dibanding Jumat, 23 Desember 2016, yaitu 13.470.
ANTARA