TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, 22 Desember 2016, bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp 13.418 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.420 per dolar AS.
"Lembaga pemeringkat Fitch yang menaikkan outlook Indonesia dari stabil menjadi positif memberikan alasan untuk rupiah kembali bergerak menguat meski terbatas," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Kamis, 22 Desember 2016.
Ia menambahkan, imbal hasil global yang mulai turun juga menjadi momentum penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN), yang biasanya dibarengi penguatan rupiah terhadap dolar AS. Namun, menurut dia, salah satu sentimen yang dapat menahan laju rupiah, yakni risiko fiskal Indonesia, hingga 20 Desember 2016, realisasi penerimaan pajak dilaporkan baru mencapai 76,17 persen dari target. Dengan demikian, defisit berpeluang melebar dari target pemerintah 2,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, dia melanjutkan, permintaan dolar AS yang naik menjelang akhir tahun 2016 ini dapat memberatkan laju rupiah untuk mengalami apresiasi lebih tinggi terhadap dolar AS.
Adapun analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan aksi ambil untung pada laju dolar AS oleh sebagian investor memberikan kesempatan untuk mata uang rupiah berbalik menguat. "Adanya aksi ambil untung itu akan menjaga rupiah bergerak di area positif meski di kisaran sempit," ujarnya.
ANTARA