TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan hari ini, Kamis, 22 Desember 2016, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi, tapi berpeluang menguat atau rebound terbatas.
Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, melihat perdagangan relatif sepi, sehingga investor bermain dengan pola perdagangan bersifat spekulasi atau hanya jangka pendek.
"Aksi beli lebih banyak menyasar saham-saham lapis tiga yang sifatnya spekulatif," kata David dalam pesan tertulisnya, Kamis, 22 Desember 2016. Ia memperkirakan IHSG bergerak dengan support di posisi 5.080 dan resisten di angka 5.140.
Pada perdagangan kemarin, IHSG kembali gagal tutup di teritori positif. Meski sempat menguat 26 poin di sesi awal, IHSG tutup terkoreksi 51,08 poin atau 1 persen di posisi 5.111,39, mendekati level support 5.100. "Tekanan jual terutama dipicu saham sektor konsumsi, manufaktur, dan properti," ucap David.
Koreksi IHSG kemarin merupakan koreksi untuk tujuh hari perdagangan berturut-turut. Sentimen negatif masih didominasi kekhawatiran arus dana keluar.
Kemarin penjualan bersih asing di pasar reguler mencapai Rp 444 miliar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung melemah 0,6 persen di angka 13.473. Perdagangan berlangsung sepi dengan nilai transaksi di pasar reguler hanya mencapai Rp 4 triliun.
David memandang pemodal tampaknya telah mengurangi pembelian secara signifikan menjelang libur natal dan tahun baru di tengah meningkatnya kekhawatiran pembalikan arus dana asing dari pasar aset berisiko seiring penguatan dolar Amerika.
Sedangkan tadi malam pasar saham global dilanda aksi ambil untung. Indeks DJIA belum berhasil tutup di level 20 ribu, terkoreksi 0,16 persen di posisi 19.941,96. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing terkoreksi 0,25 persen dan 0,23 persen di angka 2.265,18 dan 5.471,43.
Koreksi terutama dipicu harga minyak mentah tadi malam yang turun 1,5 persen di level US$ 52,52 per barel setelah data US EIA mengumumkan data cadangan minyak mentah Amerika pekan lalu naik hingga 2,3 juta barel di luar perkiraan. "Ini merupakan kenaikan yang pertama dalam lima pekan terakhir," tutur David.
DESTRIANITA K.
Baca:
Terungkap Penyebab Sulitnya Pemerintah Menagih Pajak Google
Om Telolet Om, Menhub: Jangan Jadi Aksi Baru yang Mencelakai
Alfamart Keberatan Diwajibkan Umumkan Donasi