TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah berakhir terdepresiasi 0,16 persen atau 21 poin ke posisi Rp 13.459 per dolar Amerika Serikat setelah diperdagangkan pada kisaran Rp 13.423 – Rp 13.485 per dolar AS.
Pagi tadi, rupiah juga dibuka melemah tipis 2 poin atau 0,01 persen ke level Rp 13.440 per dolar AS.
Pada perdagangan kemarin, Selasa, 20 Desember 2016, rupiah ditutup melemah 49 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp 14.438 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan dolar AS menguat hingga dini hari tadi walaupun hanya tipis. Penguatan tersebut diikuti oleh kenaikan imbal hasil US Treasury yang sebelumnya sempat turun.
Dia menilai, kenaikan dollar index terutama dipicu oleh pelemahan tajam yen yang merespon kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) yang masih cukup dovish walaupun lebih optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. Di sisi lain harga minyak mentah masih menguat sehingga menjaga ekspektasi inflasi global tetap tinggi.
“Prospek rupiah dalam jangka pendek masih akan tertekan oleh situasi global tetapi konsistensi kenaikan harga komoditas bisa menjaga tren penguatannya,” katanya dalam riset.
Indeks dolar AS yang melacak pergerakan mata uang dolar terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,06 peresm atau 0,06 poin ke level 103,12 pada pukul 16.01 WIB.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Asia Tenggara terpantau melemah. Baht Thailand melemah 0,40 persen, ringgit Malaysia melemah 0,03 persen, dolar Singapura menguat 0,13 persen, dan peso Filipina melemah 0,01 persen.