TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani yakin ekonomi domestik tak akan terpengaruh kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fun Rate). Pasalnya, Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi sebesar 5 persen.
Sri Mulyani menjelaskan, dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Federal Reserve atau The Fed) tertahan oleh level defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terjaga di level 2,7 persen serta tingkat utang pemerintah terhadap produk domestik bruto 28 persen. "Ini memberikan fondasi bahwa Indonesia bisa dibedakan dengan negara berkembang lain," katanya di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016.
The Fed sebelumnya menaikkan suku bunga acuan 0,25 basis poin ke level 0,75 persen. Keputusan ini merupakan pertama kalinya sepanjang 2016. Dengan kenaikan bunga tersebut, Amerika Serikat memprediksi pertumbuhan ekonominya tumbuh di atas 2 persen tahun depan.
Adapun pemerintah telah mengantisipasi kebijakan ini dengan menerbitkan surat utang negara (global bond) awal 2015 dan dua pekan lalu sebesar US$ 3,5 miliar atau setara Rp 46,6 triliun. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan investor Amerika menyambut positif penjualan surat utang Indonesia.
"Order book tinggi menunjukkan pemesanan bagus masih tingginya sentimen, walaupun pasar agak volatile setelah pemilihan presiden," kata Robert di Bali, 9 Desember 2016.
Hasil lelang tersebut digunakan untuk kebutuhan APBN 2017 (prefunding) bukan menutup defisit 2016. "Prefunding untuk mengantisipasi kebutuhan 2017, ketika SAL atau pajak agak terlambat masuk pada Januari," kata Robert.
Ekonom Universitas Gadjah Mada Anthonius Tony Prasentiantono mengatakan dampak kenaikan suku bunga The Fed tak akan berlangsung lama. Keputusan The Fed memang sempat melambungkan harga saham New York mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah.
Harga saham yang normalnya berkisar 17.000 kini mencapai 19.700. Transaksi dengan mata uang dolar membuat banyak dana mengalir ke New York. "Ini tak lama, karena kalau ketinggian bisa bubble. Outflow ini bisa terhambat jika tax amnesty kita berhasil," kata Tony.
Direktorat Jenderal Pajak mencatat total harta yang telah dideklarasikan wajip pajak mencapai Rp 4.009,3 triliun Sementara repatriasi tercatat sebesar Rp143,75 triliun, deklarasi harta dalam negeri Rp 2.887 triliun, dan deklarasi luar negeri Rp 988 triliun. "Ini yang membuat inflow lebih besar sehingga cadangan devisa bisa lebih stabil," kata Tony.
PUTRI ADITYOWATI