TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memprediksi DKI Jakarta akan mengalami deflasi pada akhir tahun ini.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Donny P. Joewono mengatakan pihaknya telah melakukan survei pemantauan harga (SPH) di beberapa pasar selama awal hingga pertengahan Desember 2016.
"Hasil yang kami temukan sepanjang dua minggu ini, Jakarta justru mengalami deflasi sebesar 0,07%," ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Hotel Borobudur, Kamis (15 Desember 2016).
Dia memaparkan dua komoditas inti yang mendorong terjadinya deflasi, yakni gula pasir serta emas perhiasan.
"Deflasi kali ini terjadi lantaran mulai turunnya harga komoditas cabai dan emas yang naik cukup drastis pada bulan lalu," imbuhnya.
Meski demikian, Donny meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tetap waspada terhadap pergerakan beberapa komoditas jelang akhir tahun. Pasalnya, permintaan warga untuk membeli tiket angkutan umum dan sandang akan naik jelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Transportasi mungkin naik 0,3%. Kalau sandang tak terlalu besar," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, inflasi DKI Jakarta pada November 2016 tercatat 0,24 persen secara bulanan (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,47 persen (mtm). Laju inflasi DKI Jakarta mencapai 2,09 persen (ytd), lebih rendah dari nasional yang sebesar 2,59 persen (ytd).