TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan mulai kembali menaikkan suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) sebesar 0,25 persen. Kenaikan suku bunga ini merupakan yang kedua dalam rentang sepuluh tahun terakhir.
The Fed memiliki ruang untuk menaikkam suku bunga hingga 0,5 - 0,75 persen, mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang mulai menguat dan sektor tenaga kerja yang mulai membaik. Namun, The Fed berkeyakinan demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan, maka dibutuhkan kenaikan suku bunga secara bertahap dalam jangka pendek.
"Outlook ekonomi ke depan masih penuh dengan ketidakpastian yang tinggi dan kenaikan suku bunga yang dilakukan hanya perubahan sederhana," ujar Gubernur The Fed, Janet Yellen, seperti dilansir dari BBC, Kamis, 15 Desember 2016.
Meskipun demikian, terdapat kemungkinan setelah ini Fed Funds Rate akan terus dinaikkan sepanjang 2017 mendatang. Hal ini sejalan dengan preferensi kebijakan presiden terpilih Donald Trump. Salah satu kebijakan yang dijanjikan adalah menggenjot ekonomi dengan meningkatkan suku bunga, belanja, dan deregulasi.
Yellen mengatakan merupakan sebuah kesalahan jika berspekulasi tentang strategi ekonomi Trump tanpa informasi yang lebih detil dan jelas. Tapi, dia menambahkan dalam penentuan Fed Funds Rate pihaknya telah memasukkan sejumlah faktor-faktor kebijakan ekonomi yang mungkin dilakukan Trump, salah satunya kebijakan meningkatlan belanja pemerintah.
Sebagai konsekuensi, Fed Funds Rate diperkirakan akan naik sebanyak tiga kali sepanjang tahun depan, di mana dua di antara kenaikannya diprediksi terjadi di September.
"Saya sangat percaya bahwa The Fed dan semua keputusannya bersifat independen," kata Yellen. Menurut dia, kenaikan Fed Funds Rate seharusnya dapat dipahami sebagai refleksi kepercayaan diri AS atas kondisi ekonomi yang mulai bangkit dan diperkirakan akan terus berlanjut.
The Fed mengumumkan kenaikan Fed Funds Rate di 2017 kemungkinan mencapai 1,4 persen, lalu sebesar 2,1 persen di 2018, dan 2,9 persen di 2019.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi AS dalam tiga tahun ke depan akan bergerak di kisaran 2,1 persen. Tingkat pengangguran AS diprediksi juga akan menurun hingga 4,5 persen. Sedangkan inflasi diperkirakan meningkat hingga 1,9 persen.
BBC | GHOIDA RAHMAH