TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diperkirakan rawan koreksi lanjutan. Koreksi tersebut terutama dipicu ekspektasi penguatan dolar AS, dan melemahnya harga minyak mentah.
"IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 5.230 dan resisten di 5.310 cenderung koreksi," tutur analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto dalam pesan tertulisnya Kamis, 15 Desember 2016.
IHSG gagal tutup di teritori positif pada perdagangan kemarin. Setelah menguat 12 poin di sesi awal, IHSG cenderung bergerak di teritori negatif dan tutup koreksi 30,80 poin (0,6 persen) di 5.262,81. Perdagangan kurang bergairah dengan nilai transaksi di Pasar Reguler hanya Rp 4,3 triliun.
David menuturkan, kemarin pelaku pasar cenderung menunggu, dan pemodal asing kembali melepas saham. Nilai penjualan bersih asing kemarin mencaapai Rp 303,6 miliar. Penguatan rupiah terhadap dolar AS di Rp13.285 tidak banyak membantu mengangkat minat beli pemodal.
Koreksi IHSG kemarin terjadi di tengah pasar saham Asia yang bergerak bervariasi menanti putusan The Fed yang diperkirakan akan menaikkan tingkat bunga FFR 25 bp. Pasar juga menanti sinyal tentang kebijakan moneter yang akan diambil Yellen tahun mendatang.
Sementara bursa saham global tadi malam tertahan penguatannya setelah keputusan The Fed menaikkan tingkat bunganya untuk pertama kalinya tahun ini. Pertemuan FOMC tadi malam memutuskan kenaikan bunga FFR sebesar 25 bp menjadi 0,5 persen-0,75 persen.
Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx koreksi 0,77 persen di 3.211,71. Di Wall Street, setelah rally selama tujuh hari perdagangan berturut-turut, indeks DJIA koreksi 0,60 persen di 19.792,53. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing koreksi 0,81 persen dan 0,50 persen di 2.253,28 dan 5.436,67. Koreksi di Wall Street terutama dipicu saham sektor energy dan utilitas.
Selain itu, pasar bereaksi negatif setelah komentar Yellen yang memperkirakan The Fed akan menaikkan bunga sebanyak tiga kali di 2017, lebih banyak dari perkiraan sebelumnya dua kali. Yield obligasi AS tenor 10 tahun tadi malam melonjak 3,51 persen di 2,56 persen, merespon rencana kenaikan bunga di 2017.
Sedangkan harga minyak mentah tadi malam koreksi 4,11 persen di US$ 50,80 per barel. Koreksi harga minyak tadi malam dipicu data IEA yang merilis produksi minyak global Nopember lalu mencapai 98,2 juta bpd di atas perkiraan 96,95 juta bpd dan ekspektasi penguatan dolar AS pasca kenaikan Fed Fund Rate (FFR).
DESTRIANITA K