TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam sepekan terakhir didorong squaring atau transaksi penyelesaian oleh para manajer investasi. "Penguatan rupiah yang terjadi sekarang ini lebih banyak karena fund manager (manajer investasi), termasuk hedge fund itu yang sedang melakukan squaring di akhir tahun, dan mereka mempersiapkan diri untuk inaugurasinya (pengukuhan secara resmi) dari Presiden Amerika Serikat terpilih, dalam hal ini Donald Trump," ucap Agus seusai rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, Rabu, 14 Desember 2016.
Hedge fund adalah suatu dana yang dikumpulkan dari nasabah yang biasanya berasal dari lapisan atas. Dana ini dikelola secara privat—sehingga tidak dibatasi oleh aturan-aturan investasi layaknya suatu reksa dana—oleh manajer investasi.
Baca: Ini Prediksi Pergerakan Rupiah Hingga Akhir Pekan
Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Rabu ini mencapai 13.285 per dolar Amerika Serikat, menguat dibanding hari sebelumnya sebesar 13.309 per dolar Amerika. Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sempat melemah seusai terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika ke-45.
Terkait dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate) yang kemungkinan besar akan dilakukan pada Rabu ini, Agus mengamini hal tersebut. Ia menyatakan BI akan tetap mewaspadai dampak kebijakan bank sentral Amerika tersebut.
"Akan tetap dilihat dan waspadai. Tapi pelaku pasar sudah memasukkan kenaikan Fed Fund Rate sebanyak 25 bps (basis poin). Sekarang yang menjadi perhatian adalah bagaimana pada 2017. Sebelumnya, pandangan kita adalah kenaikan dua kali dalam satu tahun, tapi mungkin ini bisa empat kali dalam satu tahun, jadi ini mungkin akan menjadi pembahasan," ujar Agus.
Baca: Jelang Akhir Tahun, Kurs Rupiah Diramalkan Stabil
Agus juga menilai hasil pertemuan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) beberapa waktu lalu yang menyepakati pengurangan produksi minyak juga tetap perlu menjadi perhatian.
Bahkan, tutur Agus, Arab Saudi menyatakan akan memberikan penurunan secara cukup besar terhadap produksi minyak, sehingga membuat harga minyak lebih baik dan ada di kisaran 52 dolar per barel. "Kondisi ini yang menjadi perhatian kita. Tapi, di Indonesia, semua terjaga dengan baik. Nanti setelah RDG (rapat Dewan Gubernur) BI, kami baru bisa memberikan informasi," ujar Agus.
Agus menegaskan, bank sentral akan terus menjaga stabilitas moneter mengingat kondisi ekonomi Amerika menunjukkan perkembangan yang baik dari sisi inflasi dan lapangan kerja, yang diperkirakan akan berdampak ke dunia. "Karena itu, kami persiapkan dengan baik dan jaga stabilitas moneter," katanya.
ANTARA