TEMPO.CO, Jakarta - Bahtera Project dan PLN Distribusi Jawa Barat menandatangani nota kesepahaman (MoU) pembelian listrik yang disaksikan oleh sejumlah menteri dalam acara Indonesianisme Summit yang diselenggarakan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu pekan lalu.
Marketing Director PT Hidro Turbin Indonesia Ismaryanto mengatakan, untuk memasok listrik kepada PLN Distribusi Jawa Barat, Bahtera Project akan membangun pembangkit listrik mini hidro dengan kapasitas 2 x 2 megawatt di Garut, Jawa Barat. Pembangunan itu diperkirakan akan rampung dalam waktu dua tahun.
“Proyek mini hidro tersebut akan menggunakan turbin air yang diproduksi HITI (Hidro Turbin Indonesia). Turbin air ini merupakan produk dalam negeri yang dihasilkan oleh HITI, perusahaan yang dikembangkan oleh tiga orang alumni ITB,” ujar Ismaryanto seperti dikutip siaran pers Ikatan Alumni ITB, Senin 12 Desember 2016.
Menurut Ismaryanto, yang juga alumni ITB tahun 1990 jurusan Teknik Mesin, penandatangan MoU pembelian listrik tersebut merupakan bentuk dukungan konkret terhadap pengembangan produk dalam negeri, sesuai dengan semangat Indonesianisme Summit. Yakni untuk mencintai produksi Indonesia dan spirit untuk menggalang sinergi dan membentuk jaringan industri antara pemerintah, BUMN, korporasi swasta dan technopreneur.
"Kehadiran sejumlah menteri dalam acara MoU pembelian listrik di Indonesianisme Summit juga dapat menjadi “branding” bahwa produk Indonesia memiliki daya saing kuat sehingga bisa bersaing dengan produk-produk sejenis dari luar negeri," ucap Ismaryanto.
Baca: Berintegritas Tinggi, Begini Perjalanan Karier Marie Muhammad
Turut menyaksikan acara MoU pembelian listrik itu, antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto; Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi; Menteri Pariwisata Arief Yahya; Wakil Menteri ESDM Arcandra Thahar dan Ketua IA-ITB Ridwan Djamaluddin.
Ismaryanto menambahkan selama ini kebutuhan untuk proyek pembangkit listrik mini hidro banyak diimpor dari Cina, India dan negara-negara Eropa Timur. “Kami, alumni ITB tergerak untuk mengembangkan turbin air dan peralatan lainnya karena sebetulnya putera Indonesia sudah menguasai teknologinya, selain karena materialnya juga sudah tersedia di negara kita. Itu sebabnya kami mendirikan HITI dengan tujuan merebut pasar di Indonesia yang selama ini dikuasai produk-produk impor,” ucapnya.
Ia mengatakan pembangkit mini hidro dengan kapasitas antara satu hingga 10 megawatt (MW) tersebut banyak dikembangkan oleh developer di daerah Garut, kawasan Danau Toba, Sulawesi dan Papua.
Ketua IA ITB Ridwan Djamaluddin menyambut positif MoU pembelian listrik yang berasal dari pembangkit listrik mini hidro tersebut. “Kita harus membangkitkan marwah kita, para alumni ITB dalam bidang teknologi dan industri dengan mengambil alih dari pihak asing. Kita harus mengembangkan kemandirian dalam industri manufaktur dengan mengembangkan industri inti yang sesuai DNA Indonesia,” katanya.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan, sebenarnya Indonesia sudah memiliki industri yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi industri inti karena. Sebab, selama ini sektor-sektor itu sudah menjadi juara di pasar dalam negeri maupun ekspor seperti industri makanan dan minuman.
Baca: Begini Aksi Sri Mulyani dalam Perayaan Natal Kementeriannya
Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, sudah saatnya Indonesia sebagai bangsa yang besar dan memiliki pasar yang besar untuk menunjukkan keberpihakannya kepada industri dalam negeri. “Kami di Kementerian Perhubungan akan berupaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada industri alat angkut di dalam negeri seperti PT INKA, PT PAL, PT DI untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada,” ucapnya.
SETIAWAN ADIWIJAYA