TEMPO.CO, Petaling Jaya – Setelah mempelajari pengelolaan media digital di MalaysiaKini selama tiga hari, tim Tempo Media mempelajari pola konvergensi media di The Star Online Malaysia, Petaling Jaya, Selangor, mulai Kamis hingga Sabtu, 10 Desember 2016.
Kunjungan ini merupakan bagian dari program pertukaran media yang digelar oleh World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA), sebuah lembaga yang menaungi perusahaan-perusahaan pers.
The Star Online merupakan bagian dari The Star Media Group, salah satu perusahaan media terbesar di Malaysia dan Asia Tenggara. The Star Online punya jumlah pengunjung website (unique visitors) per bulan sebanyak 2,4 juta. Dengan jumlah itu, The Star Online masuk dalam jajaran dua portal berita online teratas di Malaysia.
Serius mengembangkan portal berita online mereka sejak 2013, The Star Media Group pun menerapkan sistem konvergensi di ruang redaksi mereka. Konvergensi yang dimaksud di sini adalah dipadukannya tiga platform media—cetak, online, dan video—ke dalam satu sistem kerja.
Dalam sistem konvergensi, seorang wartawan harus mempunyai kemampuan memproduksi berita untuk tiga platform yang berbeda tersebut. Dalam pemaparannya, salah seorang reporter The Star Online, Victoria Brown, menuturkan, dia dan koleganya tak hanya harus mengirim berita teks untuk medianya, namun juga video. “Bahkan, ketika dibutuhkan, berita online eksklusif yang kami tulis juga akan dimuat di koran The Star,” kata Victoria.
Apa yang dikatakan Victoria ini sesuai dengan praktek lapangan yang Tempo lihat selama mengikuti dia meliput. Dalam sebuah wawancara dengan seorang narasumber, Victoria merekam pernyataan narasumber itu dengan telepon selulernya. Setelah wawancara selesai, Victoria mentranskrip hasil wawancara, membuat berita teks, dan mengirimkan video itu dalam beberapa klip ke editornya melalui WhatsApp.
Berita teks diterima editor melalui email. Berita yang tidak eksklusif dan membutuhkan kecepatan langsung ditayangkan di The Star Online. “Kalau eksklusif, berita itu akan ditawarkan di rapat redaksi untuk digunakan oleh koran,” tutur Victoria. “Jika akan digunakan oleh koran, berita itu akan ditahan sampai keesokan paginya.”
Sementara, materi berupa video diolah video editor di kantor The Star. Setelah rampung, video ditayangkan dalam satu halaman dengan berita teks.
Penerapan sistem ini pada awalnya memiliki hambatan, khususnya dalam hal komunikasi antar editor cetak dan online di grup The Star. “Namun, sekarang koordinasi sudah lebih baik,” kata Philip Golingai, editor The Star Online.
GADI MAKITAN