TEMPO.CO, Paelmbang - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus memahami tren pasar masa kini. Salah satu trennya, sasaran segmen kelompok anak muda. Dengan mengetahui tren, produk yang dihasilkan berpotensi terserap pasar.
"Saat ini dan ke depan bisa dikatakan masanya anak muda. Jadi menjual produk harus sesuai dengan selera anak muda. Saya yakin ini lebih memiliki prospek, mengingat Indonesia sebentar lagi akan mendapatkan bonus demografi," ujar Konsultan UMKM asal Palembang, Muhammad Rofiq, Rabu 7 Desember 2016.
Dalam acara seminar yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan Sumatera Selatan ini, Rofiq memberikan contoh penjual martabak manis dengan nama Martabak Kapten di Jalan Kapten A Rivai Palembang.
Baca: Berkat Kripik Pisang Remaja Ini Dapat Modal Rp 500 Juta
Ide itu berawal ketika martabak di Palembang hanya memenuhi kategori enak, tapi dari sisi kemasan terkesan sangat ketinggalan zaman. Jika sudah begini maka sulit untuk menyasar kelompok anak muda karena mereka menginginkan suatu produk yang baik secara kemasan agar bisa berselfie, kemudian diunggah ke media sosial.
Rofiq menyaankan agar penjual memesan kemasan kotak martabak dari Jakarta yang keren dari sisi kualitas dan tampilan. "Sekarang coba cek, makanan mana yang paling tinggi permintaannya di go-food, jawabannya Martabak Kapten. Meski harga lebih mahal dari martabak yang sudah ternama di Palembang, tapi tetap saja laku karena orang mau mengunduh di Facebook atau instagram-nya," kata dia.
Dia menambahkan, pelaku UMKM tak cukup hanya mampu membaca tren, tapi juga dituntut melihat peluang sebelum menciptakan usaha. Untuk itu, pengusaha harus memenuhi lima komponen utama sebelum membulatkan tekad untuk berwirausaha. Lima komponen itu yakni paham pasar, memiliki produk yang bagus atau laku, mental yang kuat, memiliki rule model yakni sosok yang menjadi inspirator, dan memiliki mentor yakni orang yang dijadikan tempat berkonsultasi.
Barang yang akan dijual, kata Rofiq, setidaknya harus memenuhi tiga syarat yakni memenuhi konten, konteks dan jaringan. "Contohnya mau menjual pempek ketika sudah banyak merek terkenal makanan khas Palembang itu. Maka harus dipilih mau di segmen mana, kemudian dibrandingkan melalui media sosial, dan yang tak kalah penting bagaimana cara menjualnya".
Untuk saat ini, kata Rpfiq, pasar terbesar ada di media sosial. "Jadi sedapat mungkin UMKM menyediakan cara pembelian secara online kepada konsumennya," kata pengusaha sektor perumahan dan pendidikan ini.
ANTARA
Toblerone Ubah Bentuk Coklat
Petani Lebak Kembangkan Pepaya California
Inilah Para Pemenang SATU Indonesia Awards 2016
Wirausahawan Sosial Indonesia Menang di Ajang YSE 2016
Menperin Tantang Pengusaha Tumbuhkan 9.000 Wirausaha Baru