TEMPO.CO, Jakarta – Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Rabu, 7 Desember 2016, diperkirakan berpeluang melanjutkan penguatannya dalam rentang konsolidasi.
Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, mengatakan penguatan itu menyusul rendahnya risiko pasar saham global dan kawasan. Penguatan IHSG juga ditopang penguatan kembali rupiah terhadap dolar AS.
“Hingga akhir tahun ini, pasar saham diperkirakan cenderung bergerak menguat setelah pasar melihat harga saham yang relatif murah di tengah prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang kuat,” kata David melalui pesan tertulis, Rabu, 7 Desember 2016.
Ia memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support di 5.230 dan resistan di 5.300, cenderung bergerak di teritori positif.
Pada perdagangan Selasa, penguatan IHSG mulai terbatas, di tengah sentimen positif penguatan rupiah terhadap dolar AS hingga 0,5 persen di Rp 13.370. “Penguatan rupiah memberikan aksi beli atas sejumlah saham manufaktur yang selama ini tertekan akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS,” kata David.
IHSG, setelah sempat menguat 20 poin, ditutup hanya menguat 4,65 poin di 5.272,96. Nilai transaksi relatif tipis, hanya mencapai Rp 4,9 triliun di pasar reguler dan pemodal asing kembali mencatatkan penjualan bersih atau nett sell Rp 605,21 miliar.
Penguatan tipis IHSG kemarin terutama dipicu oleh aksi beli selektif atas saham perbankan dan perkebunan. Sedangkan aksi ambil untung melanda saham pertambangan seiring koreksi harga komoditasnya.
Di pasar saham global tadi malam, IHSG melanjutkan penguatannya. Di Uni Eropa, indeks saham Eurostoxx naik 1,6 persen di 3.100,76, menyusul rendahnya risiko politik di Italia setelah Perdana Menteri Matteo Renzi setuju menunda pengunduran dirinya hingga selesai pembahasan anggaran 2017.
Selain itu, pelaku pasar berspekulasi menjelang pertemuan Bank Central Eropa atau ECB Kamis besok, 8 Desember 2016. “Diharapkan (Mario) Draghi akan memperpanjang program stimulusnya (QE) setidaknya hingga enam bulan setelah Maret 2017 mendatang,” kata David.
Adapun di bursa saham Amerika, Wall Street, indeks DJIA mencatatkan level tertinggi baru di 19.251,78 atau menguat 0,18 persen. Indeks S&P dan Nasdaq menguat masing-masing 0,34 persen dan 0,45 persen di 2.212,23 dan 5.333,00.
Rally di Wall Street turut ditopang sejumlah data ekonomi yang keluar yang memperkuat pemulihan ekonomi negara tersebut. Produktivitas di AS sepanjang kuartal III 2016 tumbuh 3,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy), dan pesanan pabrik atau factory orders pada Oktober tumbuh 2,7 persen dibanding bulan sebelumnya (mom) 0,6 persen.
Meski demikian, harga komoditas minyak mentah dan logam koreksi pada Selasa malam. Harga minyak mentah turun 1,87 persen di US$ 50,82 per barel. Harga logam, seperti nikel, timah, dan copper, cenderung koreksi rata-rata 1 persen.
DESTRIANITA