TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pekanbaru mendorong pengembangan komoditas kelapa dan turunannya di Provinsi Riau.
General Manager Garuda Indonesia Cabang Pekanbaru Refky Riantori mengatakan potensi komoditas kelapa dan kopra di Provinsi Riau belum terlalu optimal dan bisa dikembangkan lebih jauh.
"Sampai saat ini, kami melihat ada potensi unggulan Riau yang belum optimal digarap, yaitu kelapa dan kopra. Kami mengajak semua pihak mau mendorong pengembangannya," katanya, Senin, 5 Desember 2016.
Pengembangan itu, kata Refky, bisa dilakukan dengan menambah perluasan akses pasar dan distribusi ke luar Riau.
Sejauh ini, dari data yang dimiliki pihaknya, layanan kargo dari maskapai itu masih didominasi regular cargo dan dokumen. Adapun untuk komoditas unggulan daerah masih minim.
Menurut Refky, Garuda memiliki kapasitas angkut kargo sebesar 10 ton setiap harinya, tapi baru terisi sekitar 60 persen.
"Tentu dengan optimalisasi layanan kargo ini, komoditas unggulan Riau bisa menjangkau pasar lebih luas, bahkan ke luar negeri bila memang ada pembelinya," katanya.
Untuk merealisasikan rencana itu, pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan dinas perindustrian dan perdagangan setempat, beserta instansi terkait lain.
Diharapkan dengan upaya ini, pengembangan komoditas unggulan daerah bisa kian optimal, dan masyarakat setempat ikut merasakan dampak positifnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir Riau menyatakan potensi bisnis dan usaha pengembangan produk turunan dari komoditas kelapa, termasuk kopra, di daerah itu masih besar.
Sekretaris Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Said Syarifuddin mengatakan daerahnya, sebagai wilayah utama produksi buah kelapa di Tanah Air, sektor hulu dan hilirnya masih bisa digarap.
"Di Indragiri Hilir itu luas perkebunan kelapa mencapai 430 ribu hektare atau yang paling luas di Indonesia. Sektor hulu dan hilirnya masih bisa digarap," katanya.
Said mengatakan, terkait dengan sektor hulu, saat ini, sebagian besar perkebunan kelapa seharusnya sudah masuk pada tahap penanaman kembali atau replanting.
Namun, karena sebagian besar lahan kebun kelapa dimiliki masyarakat, kendala modal menyebabkan proses replanting mengalami keterlambatan. Akibatnya, produksi kelapa daerah itu terus mengalami pelambatan, dan kualitas kelapanya juga kurang maksimal.
"Lalu, untuk sektor hilirnya, kapasitas yang terpasang dari industri pengolahan setempat, belum seluruhnya mampu menampung produksi kelapa. Akhirnya, harga kelapa di pasar lokal kian tertekan," ujar Said.
Dengan kondisi ini, masyarakat dan petani kelapa lokal banyak yang memilih mengirim kelapanya ke Malaysia, karena tawaran harga jual yang lebih menarik.
Adapun menurut data Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Kabupaten Indragiri Hilir di Riau adalah produsen utama kelapa di Tanah Air, dengan total luas lahan perkebunan kelapa mencapai 462 ribu hektare dan didominasi oleh kebun rakyat.