TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan waralaba di Indonesia dinilai sangat prospektif meski pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, dengan nilai transaksi diperkirakan meningkat 20 persen tahun depan. "Apalagi sudah ada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuat pewaralaba asing lebih mudah melakukan penetrasi ke Indonesia," tutur Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Levita Supit pada Bisnis.
Levita menaksir pertumbuhan nilai transaksi dari industri waralaba rata-rata selama ini berkisar antara 10-15 persen saban tahun. Namun, untuk 2017 kenaikannya diperkirakan mencapai 20 persen di tengah proyeksi membaiknya perekonomian nasional.
Adapun franchisor asing menganggap Indonesia sebagai pasar yang seksi, menurut Levita, karena jumlah penduduknya besar dan situasi ekonomi yang relatif positif. Pemilik waralaba lokal pun dinilai cukup inovatif dan kreatif dalam membuat produk atau jasa yang dapat ditawarkan ke masyarakat. Sementara itu, Kementerian Perdagangan mencatat saat ini terdapat lebih dari 600 franchise di seluruh Indonesia.
Dari jumlah itu, 400 waralaba di antaranya merupakan franchise asing dan sisanya adalah franchise lokal. Jumlah gerai disebut menyentuh 24.400 outlet dengan total omzet sebesar Rp 172 triliun pada 2015. Namun, jumlah waralaba yang sudah memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) baru 360 franchise dengan rincian 308 merupakan franchise asing dan 52 sisanya waralaba dalam negeri.