TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan Fadilah Kartikasasi mengatakan pasar modal syariah memiliki banyak instrumen untuk membantu pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur. Perlu ada campur tangan pemerintah agar instrumen tersebut dimanfaatkan secara maksimal.
Fadilah mengatakan salah satu instrumen tersebut adalah sukuk. "Kalau lihat potensi market, sukuk jadi underlying portfolio reksadana syariah," kata Fadilah di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 18 November 2016.
Menurut Fadilah, sukuk membutuhkan suplai yang besar. Dengan suplai tinggi, kebutuhan sukuk akan meningkat. Dengan suplai yang besar maka reksadana syariah juga akan tumbuh.
Baca: Dana Repatriasi di Pasar Modal Kurang dari 1 T, Kenapa?
Fadilah menambahkan, sukuk juga membutuhkan market maker. Tujuannya untuk memberikan kepastian penyerapan sukuk.
Badan usaha milik negara berpotensi sebagai pembeli sukuk yang paling besar. Namun beberapa perusahaan lebih memilih membeli obligasi konvensional. Fadilah berharap ada kebijakan dari pemerintah agar badan usaha milik negara membeli sukuk. "Kalau tidak ada policy top down, pertumbuhannya tidak tumbuh."
Selain sukuk, pasar modal syariah memiliki Efek Beragun Aset (EBA) Syariah. Fadilah mengatakan OJK sedang berupaya mendorong bank syariah yang memiliki pembiayaan perumahan untuk menyekuritaskan asetnya.
Simak: Menteri Budi Sumadi Ajak PTN Dirikan Sekolah Vokasi Maritim
Aset tersebut nantinya akan dibeli Manajer Investasi (MI) dan akan diterbitkan sebagai EBA Syariah. "Dengan uang yang masuk, bank bisa memberikan lebih banyak pendanaan kepada nasabah," kata Fadilah. Bank juga memiliki kesempatan untuk mendanai proyek yang lebih besar.
VINDRY FLORENTIN