TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Bay Mokhamad Hasani mengatakan pelaksanaan jalan tol laut sudah cukup baik. Realisasi muatan berangkat pada trayek-trayek yang ada selalu mengalami peningkatan. Namun Bay mengakui bahwa muatan kembali yang dibawa dari wilayah timur ke barat masih kurang.
"Muatan balik sedikit. Paling besar sekitar 20 persen. Itu sangat kurang. Tapi, dari sisi harga, ada penurunan walaupun belum signifikan," kata Bay dalam konferensi pers Evaluasi Penyelenggaraan Tol Laut 2016 di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Kamis, 17 November 2016.
Menurut data Kementerian, realisasi muatan kembali pada trayek Tanjung Perak-Timika hanya 6 twenty-foot equivalent unit (teus) dengan load factor 0,39 persen. Realisasi muatan kembali trayek Tanjung Perak-Merauke tidak ada. Adapun realisasi muatan kembali trayek Tanjung Perak-Waingapu mencapai 73 teus dengan load factor 7,93 persen.
Realisasi muatan kembali pada trayek Tanjung Priok-Biak, menurut data Kementerian Perhubungan, juga tidak ada. Realisasi muatan kembali trayek Makassar-Babang pun tidak ada. Adapun realisasi muatan kembali trayek Tanjung Priok-Natuna mencapai 11,5 ton dengan load factor 0,04 persen.
Walaupun begitu, menurut Bay, pelaksanaan jalan tol laut tersebut menyumbangkan efisiensi anggaran bagi pemerintah. Subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk enam trayek jalan tol laut dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 mencapai Rp 218,99 miliar. Adapun efisiensi yang dapat diperoleh pemerintah, Bay berujar, sekitar Rp 20-30 miliar.
Bay menjelaskan, efisiensi tersebut dapat dicapai karena load factor pada setiap trayek yang ada semakin meningkat. Pada trayek Tanjung Perak-Waingapu, contohnya, load factor pada voyage I hanya sebesar 62,61 persen. Pada voyage VIII, load factor pada trayek itu mencapai 102,61 persen. "Kalau muatan banyak, uang tambahan juga lebih banyak sehingga subsidi mengecil."
ANGELINA ANJAR SAWITRI