TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh Presiden Terpilih Amerika Serikat Donald Trump bakal makin memperlemah perdagangan dunia. "Kalau AS menerapkan kebijakan proteksionis, pembeli tidak akan ada lagi. Yang ada, kelebihan suplai,” ujarnya dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu, 16 November 2016.
Walhasil, kata Chatib, negara berkembang tak lagi bisa hanya mengandalkan ekspor. “Akibat perlambatan ekonomi, harga komoditas anjlok.” Dengan begitu, negara-negara tersebut akan mengalihkan perhatiannya ke pasar dalam negeri.
Indonesia saat ini, menurut Chatib, menghadapi tantangan lain di mana ruang fiskal terbatas. "Makanya, Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) memotong anggaran," ujarnya.
Chatib berpendapat untuk mendorong perekonomian domestik, pemerintah perlu melakukan efisiensi dalam investasi. Saat ini, untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen, investasi harus mencapai 6,6 persen. "Kalau Indonesia ingin tumbuh 6 persen, maka investasi harus 39 persen. Dengan kebutuhan investasi itu, tabungan domestik hanya 32 persen."
Dengan adanya selisih yang itu, menurut Chatib, pemerintah perlu mengefisienkan produktivitas sehingga 1 persen pertumbuhan ekonomi tidak lagi membutuhkan investasi sebesar 6,6 persen. Dia menilai, kebutuhan investasi dapat ditekan hingga 5 persen. "Gap ini juga bisa diatasi dengan foreign investment, baik foreign direct investment atau portofolio," katanya.
Chatib menambahkan, peluncuran paket-paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sudah tepat. Namun, paket-paket kebijakan itu belum berdampak signifikan. Dia mencontohkan kebijakan penurunan suku bunga untuk meningkatkan investasi. "Walaupun bunga turun, orang tidak ambil kredit karena permintaan tidak ada."
ANGELINA ANJAR SAWITRI