TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 16 November 2016, berhasil tutup di zona hijau, menguat 2,11 persen atau 106,96 poin ke level 5.185,46.
Sejak sesi pembukaan, indeks saham sudah berada di teritori positif di level 5.112,49 dan bergerak dalam rentang 5.112,49-5.201,17. Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 244 saham menguat, 73 saham melemah, 84 saham stagnan, dan sisanya tidak diperdagangkan.
Perdagangan saham hari ini melibatkan 11,10 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 353.252 kali dengan nilai transaksi perdagangan mencapai Rp 9,46 triliun. Meski demikian, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih atau net sell dari pasar tunai dan pasar reguler senilai Rp 331,81 miliar.
Dari sepuluh indeks sektoral di BEI, semua sektor terpantau menguat dengan penguatan terbesar di sektor pertambangan yang naik 3,2 persen, disusul sektor aneka industri sebesar 3,1 persen.
Baca: Sebanyak 60,19 Persen TKI di Luar Negeri Pekerja Kasar
Dari kawasan Asia, indeks ditutup bervariasi. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 1,10 persen menjadi 17.862,21. Sedangkan indeks Hang Seng ditutup melemah 0,19 persen ke level 22.280,52. Begitu pula indeks Shanghai China serta indeks Strait Times Singapura yang ditutup melemah masing-masing 0,06 persen dan 0,13 persen ke level 3.205,06 serta 2.793,99.
Menurut analis ekonomi dari Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, kenaikan indeks pada hari ini dipengaruhi oleh pudarnya kekhawatiran pasar setelah Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. "Pasar mulai realistis berpikir tentang Trump karena beberapa hari ini semua orang khawatir tentang apa kebijakan yang dilakukan Trump, sehingga pasar bisa rebound," ujar Hans Kwee saat dihubungi, Rabu, 16 November 2016.
Selain itu, pasar dipengaruhi sentimen positif menguatnya harga komoditas minyak mentah yang naik 5,6 persen di posisi US$ 45,76 per barel yang dipicu optimisme menjelang pertemuan OPEC. "Mereka kan akan memotong produksi minyak," tutur Hans.
Simak: Arab Saudi Beri Sinyal Tak Ada Tambahan Kuota Haji 2017
Meski demikian, saat ini, menurut Hans, pasar akan cenderung berhati-hati akan kemungkinan bank sentral Amerika, The Fed, menaikkan suku bunga pada Desember 2016. "Sebab, kalau kita lihat, sentimen Trump dan Fed Fund Rate masih terindikasi dari net sell asing, ya. Tadi sudah Rp 300 miliaran," katanya. Hans memperkirakan, pada perdagangan esok hari, indeks masih berpeluang menguat meski terbatas.
DESTRIANITA