TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan, apabila Trans-Pacific Partnership dibatalkan oleh presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, Cina akan mendapatkan manfaat perdagangan yang lebih besar. Dengan batalnya TPP, Cina akan memiliki akses pasar yang lebih luas.
"Bagi Indonesia, batalnya kesepakatan tersebut dapat membuat Indonesia tetap bisa bersaing dengan negara Asia lain di pasar AS, seperti Vietnam di komoditas perikanan dan Malaysia di komoditas sawit," kata Tjahya dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu, 16 November 2016.
Dengan kemungkinan batalnya TPP, menurut Tjahya, pemerintah terus akan menempuh berbagai strategi agar ekspor tetap meningkat. Amerika Serikat merupakan negara yang penting bagi Indonesia karena pasar utama ekspor. "Dalam sepuluh tahun terakhir, pangsa pasar ekspor Indonesia ke AS sekitar 11 persen," ujarnya.
Tjahya menambahkan tetap besarnya pangsa ekspor Indonesia ke AS sejak 2006 itu menunjukkan bahwa pemilihan Presiden AS pada 2008 dan 2012 lalu tidak berdampak signifikan bagi perdagangan antara Indonesia dan AS. "Struktur ekspor Indonesia juga relatif konstan, seperti ekspor tekstil, ekspor elektronik, ekspor alas kaki, dan lain sebagainya," katanya.
Baca Juga: BPS: Trump Menang, Ekspor Tetap Aman
Amerika Serikat menurut Tjahya, juga merupakan sumber utama bagi surplus perdagangan non migas Indonesia. Selama Januari-Agustus 2016, surplus neraca perdagangan Indonesia dan AS mencapai US$ 6,3 miliar. Perekonomian AS pada semester II juga mencapai 1,4 persen. Inflasi AS pun terkendali di angka 1,1 persen. "Kita tidak perlu khawatir dengan kebijakan AS ke depan."
Kondisi perekonomian AS, kata Tjahya, masih cukup baik sehingga dapat mendukung kinerja ekspor Indonesia ke AS. Perekonomian global pada 2017 yang diproyeksikan mencapai 3,4 persen pun diharapkan dapat mendongkrak ekspor. "Namun, kebijakan Trump yang protektif perlu diperhatikan bersama. Mungkin, ke depan anti dumping dan anti subsidi akan dihadapi," ucapnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus memantau kondisi pasar global setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Ia menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Baca: Arab Saudi Beri Sinyal Tak Ada Tambahan Kuota Haji 2017
"Pertama, pandangan serta kebijakan ekonomi perdagangan dan investasi yang akan dilakukan Amerika," ucap Sri di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 10 November 2016. Sri berujar, Amerika merupakan pasar terbesar ekonomi dunia. Kebijakan yang diambil akan mempengaruhi hubungan negara dari sisi perdagangan dan investasi.
Kebijakan lain yang perlu diperhatikan ialah terkait dengan isu perubahan iklim. Selama masa kampanye, Trump tidak menyertakan isu lingkungan dalam visi-misinya. Di bawah kepemimpinannya, Amerika bisa saja menghentikan rencana membiayai program perubahan iklim.
ANGELINA ANJAR SAWITRI