TEMPO.CO, Jakarta - Tren menurunnya harga saham Apple tak terbendung pada perdagangan saham Senin waktu Amerika Serikat. Penurunan itu terjadi setelah muncul peringatan bahwa penjualan iPhone akan jeblok jika President terpilih Donald Trump menindaklanjuti ancaman pengenaan tarif kepada produk-produk buatan Cina yang pernah dia sampaikan dalam kampanye calon presiden lalu.
Apple adalah salah satu dari perusahaan teknologi besar, juga termasuk Amazon.com, Facebook dan Alphabet, yang sahamnya terus menghadapi tekanan jual sejak Pemilu Presiden AS. Tekanan itu terjadi setelah investor memindahkan portofolio modalnya ke perusahaan-perusahaan keuangan dan publik yang dianggap bakal mendapatkan insentif dari deregulasi dan belanja infrastruktur di bawah Presiden terpilih Donald Trump.
Meneruskan tren itu, harga saham perusahaan yang berbasis di California itu terpangkas 2,5 persen atau hampir lima persen sejak Pemilu AS Selasa pekan lalu.
Seakan makin merunyamkan keprihatian para investor Apple, sebuah editorial yang diterbitkan koran pro-pemerintah Cina, Global Times, mengingatkan bahwa aksi balasan akan ditempuh Cina jika Trump mewujudkan janji kampanyenya untuk menerapkan bea masuk 45 persen untuk semua produk Cina yang masuk ke AS.
"Setumpuk pesanan Boeing akan digantikan oleh Airbus. Penjualan mobil buatan AS dan iPhone di Cina akan mengalami kemunduran, sedangkan impor kedelai dan jagung akan dihentikan," kata koran Cina itu dalam editorialnya.
Cina juga telah mengecewakan Apple. Harapan penjualan produk Apple akan tumbuh cepat di negara itu ternyata tidak terjadi, padahal Apple berharap sukses di Cina akan menutup rendahnya permintaan produk Apple di AS dan pasar mapan lainnya.
Pendapatan perusahaan itu dari Cina membuat kinerja triwulan Apple pada September amblas 30 persen, jauh lebih buruk dari turunnya kinerja di Amerika yang mencapai 7 persen, demikian Reuters.
ANTARA