TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat akan tetap terjalin baik. Sebab hubungan bilateral masih terjaga sampai saat ini. Bahkan sesaat setelah diumumkannya Trump sebagai pemenang dalam Pilpres Amerika Serikat pada 8 November, Presiden Joko Widodo langsung menghubungi Trump mengucapkan selamat mewakili rakyat Indonesia. "Posisi ekspor kita ke Amerika pun besar dan kami optimis tetap akan terjaga," ujar Enggar dalam acara media brefieng di Kementerian Perdagangan Jakarta, Jumat, 11 November 2016.
Menurut Enggar, posisi Amerika di perdagangan Indonesia sebagai mitra dagang memang sangat besar. Terlihat dari total ekspor Indonesia ke Amerika pada 2015 sekitar US$ 16,24 miliar. "Besar sekali itu. Sedangkan untuk ekspor nonmigas sekitar US$ 15,03 miliar. Kita banyak ekspor hasil seperti Sumber Daya Alam ke sana," ucapnya.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi penurunan ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat pada kuartal III 2016. Menurut Kepala Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati, penurunan ini bukan karena efek hasil pemilihan presiden AS pada 9 november lalu yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Baca: Trump Terpilih, Sri Mulyani: Kebijakan di Asia Terpengaruh
"Tren penurunan sudah terjadi sejak kuartal I 2016, sebelum hasil Pilpres AS, jadi bukan karena Pilpres," ujar Hendy di kantornya. Ia menyebutkan bahwa penurunan ekspor ini karena adanya penurunan permintaan saja," tambahnya.
Berdasarkan data BI, AS saat ini masih menjadi pangsa pasar utama ekspor nonmigas bagi Indonesia. AS menempati urutan pertama dengan pangsa pasar mencapai 12,2 persen, diikuti oleh Cina sebesar 10,3 persen, dan Jepang 10 persen.
Untuk itu menurut Enggar, Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan kecenderungan pasar yang bergejolak karena Trump terpilih sebagai presiden. "Karena kita juga akan melakukan apa yang diperintahkah oleh Presiden Jokowi," kata dia.
Menurut Enggar, ada dua hal yang harus dilakukan untuk tetap menjaga kondisi perdagangan di Indonesia. Pertama tetap mempertahankan pasar tradisional seperti Amerika, Cina, Jepang, dan negara-negara di Eropa tapi sambil mencari pasar baru. Pasar yang sedang dilirik oleh Indonesia untuk tujuan ekpsor baru, antara lain Afrika, Iran, Pakistan, dan Timur Tengah.
Simak: Trump Jadi Presiden Amerika Serikat, Ini yang Akan Diawasi Sri Mulyani
Kedua adalah mencari produk alternatif lain selain produk unggalan, seperti produk primer. Produk alternatif lain yang akan ditingkatkan adalah furniture, kopi, dan beberapa jenis makanan. "Kebijakan kita ini bukan semata outward looking tapi inward looking untuk menjaga pasar kita," kata Enggar.
Selain itu hal yang harus dijaga oleh Indonesia adalah mengenai konsumsi dalam negeri. Konsumsi memberikan kontribusi yang cukup besar atas pertumbuhan ekonomi. "Harapan kita konsumsi tahun depan masih besar juga, sehingga kebijakan untuk terus menjaga pasar domestik akan dilakukan oleh setiap negara, begitu juga dengan Indonesia," katanya.
Baca: Properti Rasakan Dampak Positif Amnesti Pajak
Enggar menambahkan selain menjaga pasar domestik, persaingan pasar tetap harus dihadapi. Hal yang harus ditingkatkan adalah Indonesia harus lebih efisiensi dan kompetitif baik dari sisi harga maupun produktivitas. "Kita harus menghadapi persaingan dengan cerdas."
ODELIA SINAGA