TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengusaha Uni Eropa berbagi pengetahuan tentang kualitas produk makanan dan minuman di Indonesia. Kegiatan ini dilakukan dalam lawatan dua hari delegasi bisnis Uni Eropa pada 8-9 November 2016. Delegasi juga berdiskusi dengan 38 produsen dan asosiasi makanan-minuman Eropa.
“Kami di sini untuk mengembangkan yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Uni Eropa, khususnya program di sektor makanan dan minuman,” kata Komisioner Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Uni Eropa Phil Hogan yang memimpin delegasi.
Baca Juga:
Lawatan ke Indonesia merupakan persinggahan terakhir setelah mereka mengunjungi Vietnam yakni di Kota Hanoi dan Ho Chi Minh, serta Singapura.
Anggota delegasi yang turut dalam misi dagang Uni Eropa kali ini antara lain Asosiasi Pedagang Buah dan Sayur Eropa, Asosiasi Perusahaan Susu Eropa, NEPLUVI, Asosiasi Industri Pengolahan Unggas Belanda, Dewan Agrikultur dan Makanan Denmark, Delta Foods SA, Fayrefield Food, Pusat Produksi Segar, Hutesalimentaria SA, Real Companhia Velha, dan Aliansi Koperasi Makanan Italia.
“Kami yakin konsumen Indonesia akan sangat tertarik pada kualitas dan keragaman produk-produk kami. Uni Eropa memiliki standar kualitas tertinggi di dunia untuk makanan, termasuk produk-produk daging dan susu yang berkualitas tinggi, buah dan sayuran yang bermutu tinggi, serta sistem kelas dunia untuk produk-produk indikasi geografis,” kata Hogan.
Bersama Duta Besar Uni Eropa Vincent Guerend dan sejumlah pejabat serta duta besar negara sahabat, Hogan turut membuka Pameran Industri Makanan SIAL Interfood Expo di Jakarta International Expo, 9 November 2016. Paviliun Uni Eropa dengan tajuk “Taste of Europe” memamerkan sejumlah produk mereka pada pelanggan dan konsumen Indonesia.
Dalam wawancara khusus dengan Tempo, 9 November 2016, Hogan menyatakan apresiasinya pada tiga belas paket kebijakan ekonomi yang digelontorkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Namun masih banyak hal yang dilakukan untuk membuka hambatan perdagangan,” kata Hogan, yang merupakan Menteri Pertanian Uni Eropa pertama yang berkunjung ke Indonesia.
Dia optimistis bahwa negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) bakal kelar dalam dua tahun. Perjanjian tersebut akan menjadi titik acuan untuk memperdalam dan memperkuat aspek-aspek perdagangan bilateral dan hubungan investasi yang sudah ada di antara Uni Eropa dan Indonesia.
Pada 2015, nilai perdagangan Uni Eropa dan Indonesia mencapai 23,5 miliar Euro (Rp 336 triliun) dengan ekspor Uni Eropa mencapai 10 miliar Euro (Rp 143 triliun) dan impor 15,4 miliar Euro (Rp 220, 23 triliun). Uni Eropa dan Indonesia merupakan pasar yang besar, yakni 750 juta konsumen.
Indonesia merupakan mitra dagang terbesar kelima Uni Eropa untuk kawasan Asia Tenggara, namun baru menduduki peringkat ke-30 dalam perdagangan Uni Eropa secara global.
Ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa adalah produk pertanian yakni mencapai 4,3 miliar Euro (Rp 61,5 triliun) pada 2015. Produk lain yang diekspor Indonesia adalah mesin dan peralatan, tekstil, alas kaki, plastik dan produk karet.
Indonesia merupakan pasar terbesar kelima di dunia untuk produk susu non-keju, lebih besar dari negara tetangganya yang lebih makmur yakni Singapura dan Malaysia.
NATALIA SANTI