TEMPO.CO, Jakarta - Pasar saham Australia bereaksi negatif ketika pertarungan menuju Gedung Putih hampir berakhir dengan kemenangan calon dari Partai Republik Donald Trump.
Dalam penutupan pasar pada Rabu, 9 November 2016, indeks S&P/ASX200 merosot 101,2 poin atau 1,92 persen menjadi 5.156,6 poin, dan indeks All Ordinaries turun 103,9 poin atau 1,94 persen menjadi 5.238,3 poin.
Kepala analis pasar CMC Markets, Ric Spooner, mengatakan kepada kantor berita Xinhua bahwa di pasar saham Australia semua yang berkenaan dengan pemilihan Presiden Amerika Serikat dan investor bereaksi negatif terhadap prediksi Trump mungkin benar-benar memenangi pemilu. "Kerugian ini tidak seburuk Brexit, tapi itu buruk," kata Spooner.
Dia mengatakan para investor takut Trump memiliki banyak ketidakpastian dalam kebijakan-kebijakannya. "Pasar tidak suka ketidakpastian," kata dia.
"Namun demikian, tidak semuanya merugi, ada dukungan kuat yang terlihat pada saham emas dengan Newcrest menguat... emas selalu dilihat sebagai safe haven (tempat yang aman) setiap kali ada risiko politik."
Saat penutupan, ANZ turun 2,07 persen, Commonwealth Bank of Australia turun 1,64 persen, National Australia Bank kehilangan 1,83 persen, dan Westpac turun 1,95 persen.
BHP Billiton anjlok 3,18 persen; saingannya, Rio Tinto, kehilangan 1,93 persen; sedangkan penambang emas Newcrest naik 9,79 persen.
Oil Search tenggelam 4,89 persen, Santos menukik 7,53 persen, sedangkan Woodside Petroleum merosot 2,45 persen.
Wesfarmers berakhir 1,65 persen lebih rendah dan saingannya, Woolworths, mundur 1,39 persen.
Qantas menetap 1,68 persen lebih lemah dan raksasa telekomunikasi Telstra jatuh 1,22 persen dalam penutupan pada Rabu, 9 November 2016.
ANTARA