TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen year on year (yoy) dan 3,2 persen quarter to quarter (qtq). Angka pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 yang tumbuh mencapai 5,19 persen yoy dan 4,03 persen qtq.
"Angka ini tentu masih perlu ditingkatkan, baik secara tinggi maupun kualitasnya," ujar Ketua BPS Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin, 7 November 2016. Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara kumulatif naik dari 4,79 persen pada 2015 menjadi 5,04 persen sampai dengan kuartal III.
Kenaikan masih terjadi pada produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh 3,2 persen yoy mencapai Rp 3.216,8 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp 2.428,7 triliun atas dasar harga konstan 2010.
Pertumbuhan ekonomi 5,04 persen yoy ini didorong semua lapangan usaha. "Kecuali pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,24 persen," tutur Suhariyanto. Sedangkan pertumbuhan ekonomi 3,2 persen qtq didorong pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh 5,34 persen.
Suhariyanto menuturkan perlambatan ini didorong kondisi perekonomian global pada kuartal III di 2016 sendiri yang masih belum stabil. Pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara mitra dagang Indonesia tumbuh melambat.
Pertumbuhan Cina stagnan 6,7 persen dan Singapura melambat dari 2 persen menjadi 0,6 persen. Korea Selatan melambat dari 3,3 persen menjadi 2,7 persen dan Amerika Serikat dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen.
FAJAR PEBRIANTO | R.R. ARIYANI