TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika terancam perpecahan. Sebab negara lain iri terhadap kekayaan alam dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Indonesia diperebutkan dari berbagai lini, tapi yang dirongrong kondisi dalam negerinya. Bhinneka Tunggal Ika kita yang digoyang," kata Gatot seusai Rapat Pimpinan Nasional Direktorat Jenderal Pajak, di Jakarta, Senin, 7 November 2016.
Gatot mewaspadai serangan perebutan kekayaan alam lewat peperangan antarsuku, agama, dan ras di dalam negeri. "Karena itulah cara negara asing masuk kelak, seperti yang dilakukan di Libya, Iran, dan Suriah," kata Gatot.
Menurut Gatot, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi dibanding negara lain yang juga diterpa krisis ekonomi global. Pada 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,7 persen. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,0-5,1 persen akhir tahun ini.
Bank Dunia menyatakan produk domestik bruto Indonesia di posisi delapan besar, atau lebih unggul dibandingkan Inggris dan Prancis. Sedangkan indeks kepercayaan konsumen Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia. "Kondisi inilah yang membuat negara-negara lainnya iri," kata Gatot.
Gatot meminta seluruh pejabat pemerintah khususnya aparat pajak bekerja lebih keras melindungi negara. Apalagi sektor pajak berperan 72 persen terhadap pembangunan negara.
Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi terus mengejar target penerimaan pajak Rp 1.139 triliun pada APBN Perubahan 2016 lewat sosialisasi pajak. Dia juga memonitor target penerimaan program amnesti pajak hingga akhir Maret 2017.
Kesuksesan program amnesti periode pertama, kata Ken, membuat negara lain terancam. Total tebusan yang terkumpul pada periode pertama mencapai Rp 97 triliun. "Dengan adanya tax amnesty, dolar Singapura turun, dolar Amerika Serikat turun. Semua mata uang melemah, orang bilangnya kurang ajar Indonesia. Ekonominya bagus, kita kuat, mereka takut," kata Ken.
PUTRI ADITYOWATI