TEMPO.CO, Jakarta - Anak perusahaan PT United Tractors Tbk yang bergerak di bidang pertambangan, PT Turangga Agung (TTA), mencatatkan penjualan batu bara yang diproduksinya sebesar 5,7 juta ton pada Januari hingga September ini. Jumlah itu naik 46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Keuangan PT United Tractors Tbk Iwan Hadiantoro berharap, pada sisa tahun ini, penjualan dapat meningkat sebanyak 1 juta ton. "Tahun depan, kalau harga bisa sekitar US$ 70 per ton, mungkin penjualan akan lebih bagus dibanding tahun ini," kata Iwan di Hotel Rancamaya, Bogor, Jumat, 4 November 2016.
Dalam tiga bulan terakhir, Iwan mengaku kaget dengan pergerakan harga batu bara. Akhir 2015, batu bara menyentuh harga terendah, yakni hingga US$ 50 per ton. Dia pun memprediksi harga akan meningkat sekitar US$ 65-70 per ton dalam 3-4 tahun ke depan. "Tapi beberapa minggu ini harga di atas US$ 100," ujarnya.
Baca: Harga Batu Bara Mulai Menggeliat, Investor Lirik Samarinda
Tunggu Smelter, Sektor Tambang Diprediksi Pulih pada 2018
Iwan mengatakan, korporasi tidak terlalu senang dengan harga yang meningkat terlalu tajam tersebut. "Sesuatu yang kenaikan harganya signifikan pasti tidak akan sustain. Ke depan, pasti akan turun lagi. Kami melihat, penyebab satu-satunya harga batu bara yang volatile adalah Cina," tuturnya.
Permintaan batu bara secara global, menurut Iwan, cenderung menurun. Namun, suplai juga menurun tajam akibat perubahan regulasi di Cina sehingga produksi batu bara drop secara signifikan. "Sementara, banyak tambang di negara lain yang sudah tutup sehingga tidak bisa memenuhi demand yang melonjak," katanya.
Namun, Iwan menilai, suplai batu bara perlahan sudah meningkat karena Cina telah mengubah kembali regulasi mengenai penutupan tambang. "Tahun depan, batu bara akan kembali ke level wajar, US$ 70. Dengan harga segitu, sudah berkah sekali untuk pemain batubara," ujar Iwan menambahkan.
Iwan berharap, kinerja TTA akan terus meningkat tahun depan. Begitu pula dengan anak usaha United Tractors lainnya, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), yang merupakan kontraktor penambangan. "Kami sedang diskusi dengan klien utama kami dan mereka ada rencana untuk menaikkan produksinya," katanya.
Sepanjang tahun ini, produksi batu bara oleh PAMA turun 3 persen dibandingkan periode Januari hingga September 2015 lalu. Pada sembilan bulan pertama 2016 ini, produksi batu bara hanya sebesar 78,6 juta ton atau turun dari produksi pada sembilan bulan pertama 2015 yang mencapai 81,4 juta ton.
ANGELINA ANJAR SAWITRI