TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan volume impor menurun dibanding periode sama tahun lalu. Jumlah impor rokok yang rendah mengakibatkan penerimaan bea masuk semakin anjlok. "Kami sedang monitor, karena turunnya sekitar 17 persen dibanding tahun lalu," kata Heru di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin, 31 Oktober 2016.
Heru menilai salah satu penyebab penurunan bea masuk yaitu lantaran anjloknya harga-harga komoditas dan lemahnya perdagangan internasional. Pemerintah menargetkan penerimaan bea dan cukai Rp 183,9 triliun pada APBN Perubahan 2016.
Realisasi penerimaan bea masuk hingga 30 September 2016 mencapai Rp 22,8 triliun dari target Rp 33,3 triliun. Heru mencatat penerimaan pada 1-14 Oktober 2016 mencapai Rp 1,1 triliun, sehingga total pendapatan bea masuk Rp 23,9 triliun.
Baca: Krakatau Steel Minta Harga Gas Turun hingga 5 Dolar
Adapun realisasi penerimaan cukai mencapai Rp 78,6 triliun dari target Rp 148,09 triliun. Penerimaan cukai terbesar berasal dari penerimaan hasil tembakau dengan realisasi Rp 75 triliun dari target Rp 141,7 triliun. Pendapatan etil alkohol telah mencapai Rp 123 miliar dari target Rp 151,5 miliar, dan minuman mengandung etil alkohol yang realisasinya mencapai Rp 3,3 triliun dari target Rp 5,2 triliun, serta pendapatan cukai lain Rp 65,6 miliar dari target Rp 1 triliun. Sedangkan realiassi bea keluar Rp 103,6 triliun dari target Rp 183,9 triliun.
Heru memperkirakan kurangnya penerimaan bea masuk akan melebar lebih dari Rp 1 triliun. Sebab, pemerintah masih mengawasi volume perdagangan di akhir tahun yang terpicu konsumsi peringatan Natal dan tahun baru. "Kegiatan importasi akan ada peningkatan."
PUTRI ADITYOWATI