TEMPO.CO, Jakarta - Enam anak usaha Grup Bakrie yang selama ini berada di level harga terendah, atau dikenal sebagai saham gocap mulai menunjukkan peningkatan pada Oktober ini. Saham-saham itu kembali diperdagangkan investor di Bursa Efek. Karena dominasi perdagangan saham anak usaha Bakrie pula kemarin BEI meraih rekor frekuensi dan volume transaksi tertinggi sejak BEI (dulu Bursa Efek Jakarta) berdiri pada 13 Juli 1992.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa Efek Indonesia Hamdi Hassyarbaini mengatakan, kenaikan aktivitas saham dari beberapa anak usaha Bakrie dari sisi volume, value dan frekuensi transaksi masih dalam batas wajar.
Menurut Hamdi, semakin banyak saham yang aktif diperdagangkan di Bursa maka akan memberi dampak positif bagi bursa, karena semakin banyak investor yang membeli saham. “Kenapa mengganggu (kalau saham Bakrie banyak dibeli)? Kami justru ingin banyak yang beli saham. Orang kan banyak membeli saham karena melihat prospek, bukan hanya karena latar belakang aja,” ujar Hamdi Hassyarbaini di Bursa Efek Indonesia, Jumat, 28 Oktober 2016.
Hamdi menambahkan, meski transaksi saham anak usaha Bakrie mengalami peningkatan, BEI akan tetap melakukan pengawasan transaksi. Karena itu investor tidak perlu khawatir apabila ia berinvestasi di saham tersebut selama bursa belum mengeluarkan pengumuman Unusual Market Activity (UMA) ataupun Suspensi atas saham-saham tersebut.
“Kalau aktivitas kenaikan harga di luar kebiasaan pasti akan masuk radar bursa. Tapi tadi saya katakan, transaksi perdagangan banyak sih bursa senang saja, asal itu dilakukan secara wajar,” ucap Hamdi.
Pada perdagangan kemarin, enam anak usaha Bakrie yakni PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS), dan PT Bakrie Sumatra Plantations (UNSP) Tbk, dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) masuk dalam 10 besar terbaik saham yang diperdagangkan di Bursa Efek dari sisi volume transaksi, nilai transaksi dan frekuensi transaksi perdagangan. Hal tersebut akhirnya membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat rekor terbarunya.
Berdasarkan siaran resmi BEI, pada perdagangan kemarin total frekuensi perdagangan saham yang terjadi di BEI tercatat sebesar 428.640 kali transaksi, dengan rekor tertinggi sebelumnya tercatat pada 13 Juli 2016 sebesar 376.777 kali transaksi.
Rekor total volume perdagangan saham yang tercipta juga tercatat sebesar 39,04 miliar unit saham dengan rekor tertinggi sebelumnya pada 8 April 2011 sebesar 29,83 miliar unit saham. Selain itu, jumlah investor aktif yang melakukan transaksi saham juga mencapai rekor yakni sebanyak 38.734 investor. Rekor sebelumnya tercatat pada 9 Agustus 2016 dengan jumlah 35.455 investor.
Nilai transaksi perdagangan juga naik sebesar Rp 9 triliun, melampaui rata-rata nilai transaksi harian di tahun ini sebesar Rp 6,54 triliun. Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, nilai perdagangan tersebut naik karena andil dari aktivitas perdagangan anak usaha Bakrie. “Volume perdagangan kemarin melonjak terutama ditopang aksi beli spekulatif atas saham Grup Bakrie,” ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya hari ini.
DESTRIANITA