TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi dipengaruhi sejumlah sentimen rilis laba kuartal ketiga emiten sektoral.
Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support di posisi 5.380 dan resisten di angka 5.430. "IHSG berpeluang menguat terbatas dalam rentang konsolidasi," ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Kamis, 27 Oktober 2016.
IHSG pada perdagangan kemarin bergerak bervariasi dalam rentang terbatas, tapi akhirnya tutup flat atau menguat tipis 1,85 poin (0,03 persen) di posisi 5.399,67. Perdagangan masih diwarnai tekanan jual dari pemodal asing dengan penjualan bersih asing kemarin mencapai Rp 1,15 triliun.
Saham-saham unggulan di perbankan, properti, dan infrastruktur masih terkoreksi. Sedangkan aksi beli melanda saham tambang batu bara seiring kenaikan harga komoditasnya yang saat ini sudah di atas US$ 90 per MT. Menurut David, buruknya kondisi pasar kawasan turut berimbas pada sentimen perdagangan saham kemarin. Selain faktor eksternal, sentimen pasar digerakkan sejumlah rilis laba kuartal III emiten sektoral.
Adapun Wall Street tadi malam bergerak fluktuatif dan ditutup bervariasi. Indeks DJIA berhasil menguat 0,17 persen di posisi 18.199,33, terutama ditopang kenaikan saham Boeing yang berhasil mengimbangi koreksi di saham Apple. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing terkoreksi 0,2 persen dan 0,6 persen di posisi 2.139,43 dan 5.250,27.
Sentimen pasar di Wall Street digerakkan sejumlah rilis laba kuartal III emiten sektoral, harga minyak mentah, dan data ekonomi Amerika Serikat yang keluar menjelang pertemuan The Fed pekan depan.
Harga minyak mentah tadi malam terkoreksi 1,6 persen di angka US$ 49,18 per barel setelah pasar meragukan hasil pertemuan OPEC pada November mendatang. Sedangkan data ekonomi Amerika, seperti indeks Flash Services PMI, naik ke 54,8 di atas perkiraan 52,4 dan bulan sebelumnya 52,3. Sedangkan penjualan rumah baru pada September lalu di Amerika yang naik 3,1 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi faktor memperkuat kebijakan normalisasi bunga di negara itu pada pertemuan The Fed, Desember mendatang.
DESTRIANITA K.