TEMPO.CO, Jakarta - Saham-saham di Wall Street berakhir bervariasi pada Rabu atau Kamis pagi WIB, 27 Oktober 2016, karena investor mempertimbangkan sejumlah laporan laba triwulanan beberapa perusahaan terkemuka dan data ekonomi AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 30,06 poin atau 0,17 persen menjadi ditutup pada 18.199,33. Sementara itu, indeks S&P 500 turun 3,73 poin atau 0,17 persen menjadi berakhir di 2.139,43, dan indeks komposit Nasdaq turun 33,13 poin atau 0,63 persen menjadi 5.250,27.
Setelah bel penutupan perdagangan Selasa, 25 Oktober 2016, Apple Inc melaporkan bahwa penjualan smartphone (telepon pintar), komputer tablet, dan komputer pribadi turun pada kuartal keempat tahun fiskal 2016 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Raksasa teknologi itu mengumumkan pendapatan kuartalan US$ 46,9 miliar dan laba bersih kuartalan US$ 9,0 miliar, masing-masing turun dari US$ 51,5 miliar dan US$ 11,1 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Saham Apple Inc turun 2,25 persen menjadi US$ 115,59 per saham pada akhir perdagangan, setelah rilis laporan keuangan tersebut.
Sementara itu, saham Coca-Cola Co beringsut turun 0,60 persen menjadi US$ 144,47 per saham, setelah raksasa minuman ringan tersebut melaporkan pendapatan kuartal ketiga sedikit lebih baik dari yang diperkirakan.
Data terbaru dari Thomson Reuters menunjukkan bahwa laba gabungan perusahaan-perusahaan S&P 500 di kuartal ketiga 2016 diperkirakan naik 2,2 persen tahun ke tahun (YoY), sementara pendapatan mereka diperkirakan meningkat 2,8 persen.
Di sisi ekonomi, defisit perdagangan internasional AS mencapai US$ 56,1 miliar pada September turun US$ 3,1 miliar dari angka Agustus, demikian Departemen Perdagangan mengatakan pada Rabu, 26 Agustus 2016.
Dalam laporan terpisah, departemen mengumumkan bahwa penjualan rumah keluarga tunggal baru AS pada September berada di tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 593.000 unit. Angka ini 3,1 persen di atas tingkat Agustus yang direvisi dan 29,8 persen di atas perkiraan September 2015.
"Kombinasi dari pasokan yang ketat, kenaikan harga dan pertumbuhan upah masih stagnan kemungkinan akan mempertahankan pertumbuhan penjualan rumah baru lambat dan bertahap, akibatnya menahan kontribusi pasar perumahan terhadap pertumbuhan," kata Sophia Kearney-Lederman, analis ekonomi FTN Financial.
ANTARA