TEMPO.CO, Jakarta - Lesunya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan penerimaan ekspor dalam jangka menengah. Salah satunya dengan cara meningkatkan sektor pariwisata.
Hal ini diungkapkan Practice Manager Bank Dunia untuk Makroekonomi dan Manajemen Fiskal di kawasan Asia Tenggara Pasifik, Ndiame Diop, melalui paparannya dalam acara bertajuk "Indonesia Economic Quarterly" October 2016 di Paramadina University, The Energy Building, kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa 25 Oktober 2016.
Baca:
Siti Fadilah Ditahan: 3 Seleb Terseret Kasus Alat Kesehatan
Skandal Korupsi E-KTP, Agus Rahardjo KPK Mengaku Siap Diusut
KPK Tahan Mantan Menteri Siti Fadilah
Menurut Diop, pariwisata memiliki potensi membuka investasi swasta. "Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri pariwisata kelas dunia. Namun untuk menghasilkan tujuan industri pariwisata, perlu lebih banyak pembangunan infrastruktur, yang memerlukan koordinasi yang lebih baik antara instasi pemerintah dan pihak swasta," ucapnya.
Sebelumnya Kementerian Pariwisata telah menetapkan target untuk menarik US$ 10 miliar investasi swasta guna mengembangkan 10 tujuan wisata pada tahun 2019. Diop menyampaikan, menurut World Travel dan Tourism Council, setiap US$ 1 juta yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan dan wisata di Indonesia bisa membiayai 200 pekerjaan.
Diop menambahkan, untuk melaksanakan rencana ini tentu memerlukan upaya di berbagai bidang. "Seperti penyederhanaan perizinan, revisi lebih lanjut terhadap daftar negatif investasi, misalnya fasilitas ekowisata, spa, dan agen perjalanan. Hal ini tentu diperlukan adanya upaya promosi lebih lanjut untuk menarik investasi asing dan dalam negeri untuk sektor ini," kata Ndiame.
Untuk itu, lanjut Ndiame, data mengenai pariwisata perlu lebih dikonsolidasikan dan dianalisis lebih sistematis untuk dapat melacak hasilnya dan memberi informasi mengenai potensi koreksi tengah jalan.
RICHARD ANDIKA | EZ