TEMPO.CO, Semarang - Pengusaha mebel dan furnitur di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengeluhkan tingginya biaya mendatangkan kayu dari Sulawesi Selatan. Biaya mendatangkan bahan baku itu lebih mahal dibanding ongkos pengiriman produknya ke luar negeri.
“Biayanya sangat tinggi karena belum ada transportasi yang mendukung,” kata Ketua Bidang Bahan Baku Kayu dan Rotan, Himpunan Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia, Sahli Rais, Senin, 24 Oktober 2016.
Menurut Sahli, selama ini pengusaha mebel dan furnitur Jepara mendatangkan bahan baku dari Sulawesi Selatan. Namun hal itu belum didukung oleh transportasi laut yang bisa mengirim ke pelabuhan Semarang yang lebih dekat dari Jepara. Karena itu, mereka terpaksa mendatangkan kayu melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Selanjutnya, kayu-kayu itu diangkut lagi dengan jalur darat ke Jepara.
“Biayanya tinggi.Untuk 20 feet kayu diperlukan biaya Rp 15 juta,” kata Sahli.
Sahli berujar, biaya pengiriman bahan baku itu jauh lebih mahal dibanding ongkos ekspor ke sejumlah negara Asia Tenggara yang hanya memerlukan biaya kurang dari Rp 10 juta dalam kapasitas sama.
Tingginya biaya mendatangkan bahan baku itu menjadi hambatan utama bagi perajin. Apalagi saat ini mereka dihadapkan pada persaingan bebas di Asia Tenggara lantaran Vietnam, Malaysia, dan Cina juga mulai memproduksi mebel dan furnitur.
Catatannya menunjukkan pengiriman bahan baku kayu ke Jepara dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya saat ini sebanyak lebih dari 400 kontainer, masing-masing ukuran 20 feet setiap bulan. Hal itu menunjukkan kebutuhan bahan baku kayu di Jepara sangat tinggi tapi tak diimbangi dengan kebijakan layanan efisiensi bagi industri perkayuan.
“Kapal tak mau mengirim kayu ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dengan alasan trayek atau rute kapal dari Tanjung Emas ke Makassar tidak ramai,” kata Sahli.
Himpunan Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia menjajaki kerja sama antarlembaga bisnis dan pemerintah Sulawesi Selatan untuk mengupayakan agar pengiriman bahan baku kayu bisa langsung melalui Tanjung Emas.
Penjajakan yang telah dilakukan pada pekan lalu itu menghasilkan sejumlah kesepakatan yang rencananya akan dilanjutkan dengan mendatangi manajemen Pelabuhan Tanjung Emas. “Di antara pengusaha kayu dan pemerintah di Sulawesi bersama kami sepakat menjalin kemudahan saat menghadapi persaingan global,” katanya.
General Manager Terminal Peti Kemas PT Pelindo III Erry Akbar Panggabean menuturkan, pihaknya masih fokus menyiapkan layanan baru pengangkutan barang domestik dari Semarang ke Pontianak, Kalimantan dan Pulau Bali. “Rute ke sejumlah pelabuhan Nusantara itu dilakukan dengan layanan operasi 24 jam selama 365 hari,” katanya.
Saat ini pelabuhan yang ia kelola masih melayani rute Jawa-Kalimantan meliputi Kumai, Sampit dan, Banjarmasin. Sedangkan yang baru akan buka adalah Pontianak dan Bali.
Meski begitu, Erry siap menguji layanan baru ke Sulawesi. Apalagi pelabuhan yang dikelola sudah siap melayani bongkar muat tiga kapal sekaligus. Menurut dia, saat ini pelayanan bongkar muat di lembaga yang dia kelola meningkat hingga 15 persen dari 10 persen peningkatan sebelumnya.
“Peningkatan itu dipastikan terus seiring dengan pertumbuhan bisnis Jawa Tengah yang kembali mengirimkan beras ke sejumlah daerah ke luar Pulau Jawa,” katanya.
EDI FAISOL