TEMPO.CO, Jakarta - Melanjutkan perdagangan di awal pekan terakhir Oktober ini, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diperkirakan akan bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi, namun berpeluang menguat.
Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan pasar akan mengantisipasi sejumlah rilis kinerja kuartal III emiten sektoral yang bakal banyak keluar di akhir Oktober ini.
Dari ekternal tantangan pergerakan IHSG akan dipicu tren penguatan dolar Amerika Serikat yang berimbas pada pergerakan harga komoditas dan mata uang rupiah. "IHSG diperkirakan bergerak denegan support di 5.380 dan resisten di 5.430 berpeluang menguat terbatas," ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya Senin, 24 Oktober 2016.
Pada perdagangan akhir pekan lalu di Bursa Efek Indonesia, IHSG berhasil tutup tipis di teritori positif, menguat 5,55 poin atau 0,13 persen di 5.409,24 setelah bergerak naik turun dalam rentang hanya 21 poin. Pasar saat ini berjalan kurang bergairah dalam fase konsolidasi. Perdagangan lebih didominasi aksi beli spekulatif atas saham-saham lapis dua dan tiga.
Meski demikian, selama sepekan IHSG berhasil menjaga tren bullish dengan penguatan 0,17 persen melanjutkan pekan sebelumnya 0,42 persen. Pergerakan rupiah atas dolar relatif stabil di Rp 13.000.
Selama sepekan terakhir pemodal asing masih mencatatkan penjualan bersih Rp 193,20 miliar. Bila dilihat tren arus dana asing di pasar saham, selama delapan pekan berturut-turut masih terus mencatatkan penjualan bersih."Nilai penjualan bersih asing selama delapan pekan berturut-turut mencapai Rp 6,44 triliun," ucap David.
Selama sepekan terakhir, sentimen positif pasar digerakkan oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang kembali melonggarkan tingkat bunga BI 7-days reverse repo rate 25 basis poin menjadi 4,25 persen akhir pekan lalu dan rilis laba kuartal III sejumlah emiten yang di atas perkiraan.
Sedangkan dari eksternal, sentimen pasar lebih banyak digerakkan oleh naiknya harga komoditas seperti harga minyak mentah, batubara, dan CPO dan sentimen spekulasi kenaikan tingkat bunga di AS akhir tahun ini.
Sementara Wall Street akhir pekan lalu bergerak bervariasi dan tutup melemah. Indeks DJIA melemah 0,09 persen di 18.145,71 dan indeks S&P flat di 2.141,16. Penurunan Wall Street akhir pekan lalu lebih dipicu sentimen atas rilis laba kuartal III sejumlah emiten terutama emiten sektor teknologi yang berada di bawah ekspektasi seperti Microsoft.
Selama sepekan terakhir indeks DJIA dan S&P berhasil rebound masing-masing 0,04 persen dan 0,38 persen. Harga minyak mentah sepekan terakhir melanjutkan tren penguatannya naik 1,3 persen di US$ 51 per barel.
DESTRIANITA