TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah diprediksi mencapai US$ 50-60 per barel dalam 15 bulan ke depan seiring dengan membaiknya faktor fundamental. Dalam penutupan perdagangan Jumat lalu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2016 naik 0,22 poin atau 0,43 persen menjadi US$50,85 per barel. Harga minyak Brent kontrak Desember 2016 meningkat 0,4 poin atau 0,78 persen menjadi US$ 51,78 per barel.
Anas Al-Saleh, Menteri Keuangan sekaligus Menteri Perminyakan Kuwait, menuturkan ada upaya serius dalam menyeimbangkan pasar minyak mentah. Salah satunya pertemuan para menteri negara produsen minyak dalam Gulf Cooperation Council (GCC) di Riyadh yang mengikutsertakan perwakilan Rusia.
"Bila upaya menstabilkan pasar berjalan dengan baik, harga minyak dapat mencapai level US$50-60 per barel dalam 15 bulan ke depan," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu, 23 Oktober 2016.
Dalam publikasi risetnya, Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, mengatakan sentimen jangka pendek terhadap komoditas minyak perlahan berubah menjadi bullish karena peningkatan optimisme pemotongan produksi OPEC dalam rapat pada November.
Apabila pola penurunan persediaan dan peningkatan harapan pemotongan level produksi ini bertahan, minyak dapat menikmati reli bullish menjelang rapat OPEC pada 30 November.
"Pertanyaan yang masih berkecamuk adalah apakah OPEC benar-benar akan melaksanakan pemotongan level produksi, mengingat OPEC telah berulang kali mengecewakan pasar," kata Lukman.
BISNIS.COM